Wednesday, December 31, 2014

Pesan


PESAN

Disini kita pernah ada!

Perjalanan merupakan hal yang paling penting dalam hidup kita, ibarat dewan kerja memulai dari nol hingga akhirnya pada saat ini kita dapat pengakuan yang begitu berharga dari pihan kwartir ranting.

Senang sekali rasanya kakak bisa mendengar semua itu!
Mohon maaf sekali kakak atas nama pribadi dan juga sebagai perintis awal dewan kerja tidak bisa menghadiri acara besar di dewan kerja.

Masih ingat sekali ketika kita memulai rasanya berat sekali untuk dapat pengakuan dari mana-mana. Hingga kini berkat perjuangan teman-teman kita bisa melaksanakan muspannitera yang di akui oleh pihak kwarran.

Terimakasih buat deri sukma yang sudah mau menemani saya sejak awal kita di bentuk hingga akhirnya bulan juli 2014, ucapan yang sebesar-sebesarnya saya sampaikan. Tidak lupa juga kepada ananda reza yang sudah mau menemani saya juga sejak di pangkalan hingga saya bawa ke kwartir ranting dan menjadi pelopor bagi pramuka cisolok. Kalian berdua ibarat dua saudara yang tak bisa di pisahkan walau beda karakter tapi kalian berdua selalu berjalan bersama.

Ingatlah selalu tamparan di wajah kalian. Menggambarkan betapa kejamnya organisasi tapi kalian berdua sudah siap menghadapinya. Bimbing terus adik-adiknya di dewan kerja karena kita semua adalah keluarga.

Terimakasih juga saya ucapkan kepada bayu sukma yang telah mau menggantikan saya di muspannitera sebelumnya menjadi ketua dkr tepatnya pada tanggal 7 juli 2014. Hingga pada akhirnya sekarang ada muspaniterra yang sesungguhnya dari kwarran. Rasanya saya menunggu momen-momen ini tapi ketika saya masih berada di tempat sendiri tidak pernah terjadi. Semoga terpilih lagi menjadi ketua dkr periode 2014 – 2017. Doa saya menyertaimu. Jadikan lah bantara sebagai amanah buat kamu. Seperti dkr yang sudah jadi jiwa raga kamu.

Selamat juga buat para calon ketua dkr periode 2014 -2017, semoga kalian berhasil jadilah pemandu bagi keluarga besar pramuka cisolok. Walaupun tak sesuai dengan apa yang kalian harapkan. Kedudukan bukanlah yang utama itu hanyalah sebuah simbol saja.

Ingatlah selalu teman-temanku semoga pramuka cisolok tetap sesuai apa yang saya harapkan ketika membentuk dewan kerja. 21 Oktober 2012 itulah awal dari sejarah kita jangan pernah di lupakan sampai kapanpun. Jadikanah awal perjuangan bagi dkr cisolok.
Hiduplah selalu dewan kerja ranting cisolok, jayalah selalu.

Ibarat perjalanan kapal di samudera kita selalu terombang ambing oleh derasnya ombak lautan, tapi kita tetaplah tenang agar kita tak terjatuh kelautan. Itulah nama awal yang saya berikan kepada dkr cisolok, sebagai samudera yang kan selalu menerjang apa pun yang ada.

Terakhir kata saya ucapkan kepada pihak yang sudah bisa mensukseskan dkr cisolok hingga mampu seperti sekarang ini. Mohon maaf saya tidak bisa menyebutkan kalian satu persatu.
Perintis kalian luar biasa, dewan kerja yang akan berakhir kalian yang terhebat walau pun hanya beberapa bulan, dkr sebelumnya kalian pembawa perubahan, dan dkr selanjutnya selanjutnya ada di tangan kalian semua.

Terimakasih

Salam pramuka
Jatinangor, 19 Desember 2014


Jian saputra
Purna ketua dkr cisolok 2012 – 2014
(21 Oktober 2012 – 07 Juli 2014)


Tuesday, December 30, 2014

Tak Sama

Kau indah bila di pandang
Lembut bila di sentuh
Manis bila tersenyum
Tak tahan aku melihatmu
Tapi kita berbeda
Dunia kita tak sama
Kau di duniamu
Aku di duniaku
Kau pernah bawa aku
Tapi itu hanya sesaat
Karena aku tak bisa
Aku beda denganmu
Cinta kita hanya sebatas
Rasa kita hanya seuntai
Apa yang bisa di perbuat
Haruskah aku berkorban
Akan ku korbankan
Setetes darah untukmu
Agar kau bernyawa
Dan kita bersama

(Bukan) Masa Lalu

pandang lah aku sebagai aku
bukan aku sebagia dia
atau pun mereka
aku bukan dia atau mereka

kau datang dalam hidupku
bukan dia sebagai masa lalu
atau pun cintaku yang dulu
tapi kau sebagai kau sekarang

cintaku sebagai cintaku yang sekarang
rasaku sebagai rasa yang sekarang
masa lalu biarlah masa lalu
kesalahan biarlah jadi kesalahan

kehidupan sekarang ya sekarang
bukan kehidupan di masa lalu
atau pun kehidupan dulu
harusnya kau mengerti

Terjebak

Aku dan kamu pernah ada rasa
Kita berdua saling cinta
Sebelum dusta datang
Bersama kisah yang terkuat

Aku dan kamu pernah ada rasa
Kita berdua saling cinta
Sebelum dusta datang
Bersama kisah yang terkuat

Bukan aku yang salah
Tapi kau bawa luka
Bersama cinta yang kau bingkai
Hinga akhirnya aku sadar

Ternyata kau tak sempurna
Hanya sosok biasa
Bersama duka di dalam
Yang kan buat terluka

Kenapa kau datang
Bersama cinta yang belum kelar
Bersama rasa yang belum usai
Hingga aku terjebak

Aku bukan tempat pelarian
Atau tempat persembunyian
Aku hanya tempat terbuka
Tak mungkin terima dusta


Jalanku

Jalanku berharga
Bukan urusanmu lagi
Aku mau hidup seperti apa
Bukan masalahmu lagi
Aku mau seperti apa

Ini dunia ku bukan dunia mu
Ini hidupku bukan hidupmu
Kita sudah tak jadi satu
Melainkan kita masing-masing

Kau ambil jalanku
Aku ambil jalanku
Kenapa harus kembali
Di saat kau tersesat

Kita sudah pilih jalan
Jalanku jalanku
Bukan jalanmu
Bukan pula untukmu

Aku sudah cukup
Jalan dengan pengkhianat
Hanya menyisakan luka
Tanpa berbekas

Kau pikir kau hebat
Bisa datang dan pergi
Di jalan yang sama
Di jalanku yang berharga

Bosan

Jangan ganggu aku lagi
Jangan datang lagi padaku
Aku bukanlah aku yang dulu lagi
Bukan pula aku yang mengejar cintamu

Kau pikir semuanya sama
Aku sudah bosan
Dengan semua masa lalu dulu
Kau dan aku hanyalah kisah kecil

Yang tak pernah berarti di sini
Sudah lah lupakan semuanya
Kembali lah kau pada dirimu lagi
Bukan berada pada diriku ini

Aku sudah lupa semuanya
Kau datang hanya menambah luka
Bukan memperbaiki keadaan
Aku sudah bosan

Lemah

Saat cinta tak di sampingku
Kelemahan menghampiriku
Saat rasa ini tak berarti
Hidup ini tak berharga

Luka ibarat kesakitan
Yang tak mungkin aku biarkan
Pelan-pelan aku hapus luka
Tapi tetap saja

Kini aku tak tahu
Arahku kemana
Jalanku dimana
Dan aku hidup untuk siapa

Dalam rasa jenuh
Aku tak mungkin hidup sendiri
Atau tanpa siapa-siapa
Aku butuh kamu

Di sampingku
Dalam hidupku yang singkat
Yang tak berarti apa-apa
Tanpa ada kau dan semangat dari mu

Cintamu bawa aku dalam hidup ini
Cintamu bawa aku dalam dunia ini
Aku tak tahu lagi
Aku harus kemana lagi

Impian

Langkah kaki terus berjalan
Kepenatan terus menghampiri
Kesunyiaan pun terus menemani
Entah dimana dan sampai kapan

Kita akan di pertemukan
Di mahligai suci sebuah pernikahan
Aku tak tahu dirimu
Kamu pun tak tahu aku

Tapi aku yakin
Kita akan bertemu
Di sini di samudera cinta
Lautan asmara kita

Aku tak pernah lelah
Untuk mencarimu
Hingga aku memukanmu
Untuk ku jadikan pendamping hidupku

Cinta Belum Usai

Rasa ini masih menggebu-gebu
Saat berada di sampingku
Tapi hatiku bisu Mulutku tertutup
Aku tahu ini cintaku padamu

Tapi mau gimana lagi
Masa dulu telah hancurkan kisah kita
Saat kita berdua saling ingin memiliki
Ada penghalang dalam cinta kita

Hingga pertengkaran pun meluap
Membakar semua rasa yang ada
Membuang cinta yang tak sampai
Itulah awal kita berpisah

Kini kita tak saling mengenal
Walau jarak kita berdekatan
Sampai tubuh kita tak terpisah
Tapi kita hanya diam

Andai aku bisa berbicara
Aku ingin ungkapkan rasa
Sampai kan cinta
Bahwa aku masih cinta

Rasanya sakit melihatnya
Kamu masih ada di hati ini
Begitu pun ragamu
Yang selalu mampir di mataku

Kamu tega membiarkan aku
Tetap merasa bersalah
Kau hanya diam kan aku
Aku rindu kamu yang dulu

Datanglah padaku
Sapalah cintamu
Ajaklah aku kembali
Biar kita perbaiki semua

Kamu pun pasti tahu
Tapi kamu pun tak kuasa
Karena kita sudah saling lupakan
Aku dan kamu bukan siapa-siapa

Pelipur Lara Kasih Tak Sampai

Setetes demi setetes air itu berubah
Mengalahkan kerasnya batu jalanan
Meninggalkan kesederhanaan
Dan Melupakan segala-galanya

Selangkah demi selangkah
Air pun pergi  meninggal batu sesaat
Hingga akhirnya meninggal selamanya
Tanpa ada satu kata yang terucap

Kini perpisahan pun di depan mata
Dimana aku meninggalkanmu
Tanpa ada balasan padamu
Tanpa bakti yang ku persembahan

Kehidupan ku kebanggaan buatmu
Walaupun kadang salah
Kerianganku keindahan buatmu
Walaupun kadang tak sesuai

Hanya kau lah pelipur lara
Walau kadang kau tak terima
Kau lah pengobat rasa
Walau tak pernah ku balas

Sunday, December 28, 2014

Hati Seorang Penulis

kini kugadaikan rasaku pada sebuah pena
cintaku ku korbankan di dalam secabik kertas
kasihku dia yang memberi luka
agar aku bisa berkarya

kini tak berarti lagi
siapa yang ada di depan mata
yang terpenting aku bisa mematri
sebuah kata dalam hati

kini kata jadi doa
amanah jadi bukti
tapi yang pasti
inilah hati penulis

yang tak mungkin mengungkap rasa
hanya untuk rasa
mengatakan cinta
untuk sesaat

Kesalahan Cinta

Cinta adalah hal yang sakral yang di ikatkan dalam sebuah mahligai kebersamaan hingga menjadi istana yang luar biasa, tapi kadang salah mengartikan. Yang datangnya dari hati yang kasmaran. Yang masih mempunya sifat yang lemah, ingin di perhatikan dan memperhatikan.
Lelaki adalah makhluk yang mempunyai dasar memberikan perhatiaan kepada setiap wanita. Pasangan, sahabat, bahkan orang yang baru di kenal. Jadi wajar saja ketika seorang lelaki selalu memberikan perhatiaan pada wanita dimana pun ia berada. Baik saat berjalan, naik gunung, saat belajar bersama atau pun dalam momentum tertentu.
Terus kita mau menyalahkan siapa? Kita rasa perhatiaan itu di berikan pada seorang wanita. Kadang seorang wanita salah mengartikan. Bahwa yang di berikan itu adalah rasa sayang atau pun rasa suka. Tapi buat lelaki berbeda, itu hanya rasa dasarnya saja yang mengalir begitu saja, mengalir apa adanya bak sunyai di lautan.
Perlahan tapi pasti, wanita pun pasti menaruh hati pada seorang lelaki tersebut. Tapi lelaki itu pasti bilang orang aku biasa-biasa saja. Dan pads akhirnya wanita pun menyalahkan lelaki. Bahwa dia adalah makluk tak bertanggung jawab! Play boy! Pemain perasaan! Dan tak punya hati.
Tapi gimana lagi itu lah sifat dasar lelaki. Kita tak bisa menyelak atau pun menyalahkan, tapi kadang manusia suka mencari alasan dan korban untuk menuntaskannya. Apakah kita siap jadi korban dan penuntas amarah? Hati yang terluka pasti datang bersama dendam di dalamnya. Jadi jangan salahkan pasangan jika kita bersama pasangan tak sesuai dengan apa yang di harapkan. Ibarat membeli makanan sesuatu yang telah di beli tak mungkin di kembalikan yang pasti bakalan di buang. Tapi sayang kan kalau di buang?
Cinta itu ibarat madu lebah pembawa kenikmatan tapi kalau di gali makin dalam, akan menjadi racun yang mematikan ibarat racun lebah. Obatnya hanya madu tersebut. Begitu pun dengan cinta obatnya kita terima semuanya.
Wanita adalah sosok halus yang suka terhadap perhatian semua orang dan kadang mencari perhatian dan ketika sudah nyaman tak mungkin bisa lepas.
Kadang wanita mencari kenyamanan pada lelaki, dan ketika tak menemukan makan mencari kenyamanan lagi.
Memang mau apa lagi? Itu sudah jadi dasar sifat wanita yang ingin di perhatikan. Jadi jangan salah ketika lelaki memberikan perhatian pada wanita. Wanita tersebut akan nyaman tanpa di sadari oleh seorang lelaki. Dan akhirnya wanita pun menaruh hati padanya.
Terus kalau sudah seperti itu siapa yang mau di salahkan?
Kalau saya berada pada posisi lelaki saya pasti akan menyalahkan wanita. Sambil bilang dasar terlalu ke-PD-an. Tapi kalau saya di posisi wanita saya akan menyalahkan lelaki sambil bilang dasar PHP!
Sebenarnya rasa bersalah dan salah itu di kembalikan lagi kepada siapa yang bilang dan yang menerimanya. Karena sesunggihnya sang pencipta sudah bilang bahwa setiap manusia bersalah dan pernah melakukan kesalahan.
Dalam cinta tak ada yang salah, namun dia tersesat yang pada akhirnya dia akan berjalan lagi pada jalan yang benar. Yang kan membawa dia ke mahligai cinta abadi. Tempat tinggal sesungguhnya, rasa yang paling abadi dan kasih yang tak pernah meminta apalagi mengeluh.
Sadar atau tidak Tuhan sudah mentakdirkan jalan masing-masing yang kan membawa cinta itu datang sendiri menghampiri dan bawa bahagia.
Cinta kadang bawa segudang ide-ide hebat tapi kadang bawa juga ide-de kotor yang akhirnya akan membawa seseorang bahagia atau sengsara.

Aku dan Malam

Masa itu sudah berlalu
Meninggalkan buih-buih harapan
Kini hanya ada aku bersama malam
Aku tak paham lagi
Bila aku harus kembali ke masa itu
Dimana saat aku menggapai semua
Dimana kala aku lupa daratan
Lupa akan diriku sendiri
Semuanya telah berlalu
Pergi bersama angin malam
Dimakan usangnya waktu
Di hapus oleh rasa benci
Terus kenapa aku harus kembali
Tak ada alasan pasti buat diri ini
Tak ada penantian dalam hidup ini
Kini hanya ada aku dan malam ini

Selayak Pandang

Kadang aku selalu berpikir, sebenarnya siapa yang salah tentang pola pendidikan pramuka di indonesia. Di satu sisi di katakan pendidikan formal di satu sisi lagi ada orang yang menjadikan pramuka sebagai pendidikan formal.
Terus apa artinya dengan anggaran dasar sendiri yang di jadikan buku penghias pramuka itu sendiri. Berapa orang yang harus di penjarakan bila melihat semua itu karena aturan bukan lagi yang utama hingga pada akhirnya biasa-biasa saja.
Pramuka adalah organisasi kepanduaan yang seharusnya menjadi organisasi bebas bagi semua orang. Bukan malah di sudutkan pada satu titik saja, apalagi pramuka di tuntut ke ikhlasannya bukan malah nunggu bayaran.
Seharusnya ketika sudah seperti itu. Rubah saja semuanya bukan lagi menjadi pramuka melainkan menjadi lembaga formal yang dibakui oleh bangsa dan bukan lagi menjadi kepanduan. Putuslah semua ikhlas bakti bina bangsa berbudi bawa laksana.
Kini pramuka sudah di jadikan ajang perpolitikan bagi sebagian orang yang memerlukannya. Dan juga di jadikan alat untuk dia maju di nomer satu DPR. Apa bisa di sebut layak hal seperti itu? Kemana pramuka yang sesunghuhnya? Sudah mati di telan jaman?
Baju pramuka sendiri sudah di rubah dengan baju masing-masing. Kemana baju pramukanya? Dia bilang pramuka ada di hati. Emang pramuka cukup dengan di hati? Kita perlu ada bukti dengan mengenakan baju pramuka. Jika tak mau menggunakan baju pramuka silahkan buat saja organisasi tapi bukan pramuka.
Pramuka itu sejati, tempat kita mengabdi.
Bukan sekedar di hati, tapi dengan bukti.
Seragam pramuka adalah persatuan, bukti kita pramuka sejati.

Saturday, December 27, 2014

Narnia

Saat pohon jadi sahabat
Alam pun ikut mendukung
Hewan pun menemani
Jadilah kerajaan hebat

Alam selalu mendukung
Saat manusia menghargai
Hewan pun jadi luar biasa
Saat manusia jadi manusia

Kekuatan tertinggi
Bukan kita sebagai kita
Mereka sebagai mereka
Tapi saat kita merasa

Alam tak pernah berdusta
Bumi pun tak pernah melarang
Tapi kita yang seharusnya jaga
Agar semua tetap terjaga

Sebagai mana sebuah cerita
Legenda yang luar biasa
Kerajaan yang paling hebat
Itulah narnia

Kaulah Cintaku

Kini ku di sibukan dengan memikirkan kau
Di sibukan dengan menghayati kau
Kau lah bait indah ku
Yang ku buat dari dalam hatimu

Ku rangkai dalam alunan indah
Hingga buat ku tersenyum
Aku lupa dengan segalanya
Hingga kadang aku bimbang

Dalam sepi malam
Aku menemukan mu cintaku
Rasanya aku ingin selalu ada malam
Bukan pagi hari yang menemaniku

Bukan juga mentari yang selalu terbit
Harusnya waktu malam yang datang
Agar aku tetap bisa menulis
Dan mengenang bait-baitku di sini

Friday, December 26, 2014

Perpisahan

Rasa ini masih menggebu-gebu
Saat berada di sampingku
Tapi hatiku bisu Mulutku tertutup
Aku tahu ini cintaku padamu

Tapi mau gimana lagi
Masa dulu telah hancurkan kisah kita
Saat kita berdua saling ingin memiliki
Ada penghalang dalam cinta kita

Hingga pertengkaran pun meluap
Membakar semua rasa yang ada
Membuang cinta yang tak sampai
Itulah awal kita berpisah

Kini kita tak saling mengenal
Walau jarak kita berdekatan
Sampai tubuh kita tak terpisah
Tapi kita hanya diam

Andai aku bisa berbicara
Aku ingin ungkapkan rasa
Sampai kan cinta
Bahwa aku masih cinta

Rasanya sakit melihatnya
Kamu masih ada di hati ini
Begitu pun ragamu
Yang selalu mampir di mataku

Kamu tega membiarkan aku
Tetap merasa bersalah
Kau hanya diam kan aku
Aku rindu kamu yang dulu

Datanglah padaku
Sapalah cintamu
Ajaklah aku kembali
Biar kita perbaiki semua

Kamu pun pasti tahu
Tapi kamu pun tak kuasa
Karena kita sudah saling lupakan
Aku dan kamu bukan siapa-siapa

Pengakuan

Samudera ganas
Pernah kita coba taklukan
Demi mendapatkan pengakuan
Jadi bajak laut sejati

Lautan pun pernah kita minum
Demi menuntaskan haus yang terbelenggu
Rongga-rongga jiwa pernah kita kosongkan
Demi mendapatkan satu jiwa sejati

Bersama sebuah kapal kecil
Kita arungi lautan
Laksana pengiring kematian
Tapi kita tak pernah takut

Demi mendapatkan satu harapan
Sebuah pengakuan satu nama yang hebat
Yang menjadi titik sejarah
Nama dan harapan kita

Sumedang Larang

Sejarah pernah terjadi
Di ranah padjadjaran
Cinta pernah terjadi
Di saudara terlarang

Sumedang dan padjadjaran
Adalah dua kemegahan
Yang tak mungkin bersatu
Dua nama yang tak mungkin terpisah

Begitu pun cerita pangeran
Dan putri sumedang larang
Namun ada yang salah di sana
Satu cinta tapi tak sama

Harusnya ada kesamaan di sana
Bukan perpisahan hingga akhirnya luka
Cinta yang tak di restui karya tahta
Rasa yang terhalang oleh dunia

Seharusnya bersatu hingga jadi kuat
Bukan berpisah hingga jadi musnah
Tapi itu kesalahan yang di buat
Karena ada cemburu yang meluap

Janji

Pernah ada janji antara aku dan kamu
Pernah ada kasih dan sayang selintas
Kita di pisahkan janji masa lalu
Janji cinta masa dulu disana

Dunia ini berbeda
Tetapi kenyataan tetap sama
Aku pernah salah di masa silam
Di kerajaan yang terindah

Kini hanya kenangan yang kubayang
Kesadaran yang terlewat
Kenapa harus terulang
Di masa sekarang

Aku adalah raja di masa itu
Kamu ratu yang harus ku sunting
Tapi salah ambil keputusan
Hingga akhirnya kita berpisah

Thursday, December 25, 2014

Gagal

Kegagalan bak lautan yang luas
Kadang masuk dan masuk lagi
Seakan-akan lingkaran setan
Yang tak mungkin lepas

Tapi itulah kenyataan
Kadang manusia sampai titik akhir
Dimana mereka harus menyerah
Dengan keadaan yang ada

Namun ketahuilah
Kegagalan merupakan guru terbaik
Prajutit terhebat
Dia tak pernah menyerah

Kita harus sadar
Itulah tantangan
Bukan kegagalan yang menang
Tapi kita yang harus jadi juara

Ibarat anak kecil yang tak mau nyerah
Ibarat hujan yang tak mau kalah
Mereka akan selalu berusaha
Dan tetap datang

Kenangan

Semua itu di tata rapih
Dalam bingkai cinta
Di ukir secantik mungkin
Dalam kalbu dan jiwa

Di catat dalam sebuah catatan cinta
Yang tak mungkin berakhir
Di hias seunik mungkin
Agar tak di lupakan

Tapi apa yang terjadi
Ketika semuanya berakhir
Semua di hapus secepat mungkin
Di lupakan sesegera mungkin

Ibarat air hujan
Menghapus kehedipun di alam
Dengan seketika
Tanpa ada alasan yang begitu pasti

Begitu pun petir
Yang datang bersamaan
Ia meluluh lantahkan
Semua yang ada

Seperti itu kah arti cinta
Atau hanya rasa sesaat
Yang bawa bahagia
Terus hilang

Atau kah hanya senikmat eskrim
Yang membawa setiap orang lalu
Dimana setiap orang tahu hidup
Dan hanya tahu eskrim

Tentunya cinta tak seperti itu
Dia bawa keabadian dalam hidup
Dia berikan corak warna
Dalam ceritanya

Agar setiap manusia tak pernah bosan
Dalam menghadapi semua masalah
Hingga akhirnya semua tahu
Apa arti cinta menurutnya

Hatiku

Aku buka hatiku seluas samudra
Takkan ku larang siapapun
Tuk masuk dalam hidupku
Biarkan semuanya berjalan normal

Tapi jangan pernah kecewa
Bila kau menemukan
Goresan luka di sana
Ada buih kecewa

Hatiku tak sempurna dulu
Tak utuh semestinya
Aku akui semuanya
Aku sadari segalanya

Bak noda yang tak terhapus
Cacat yang tak kembali
Aku akui itu terjadi
Aku sadari itu hatiku

Ibarat

Aku tembok diam
Aku pohon tenang
Takkan mungkin bersua
Apalagi bercerita

Aku air hujan
Tak mungkin menolok
Pada Tuan
Apalagi khianat

Aku jalan aspal
Tak mungkin marah
Injakan itu anugerah
Asap hiasan

Aku pagar penjaga
Tak mungkin pindah
Apalagi pergi
Meninggalkan rumah

Si Cantik Dari Semarang

Malam pun di kagetkan
Dengan datangnya sosok dia
Yang tak pernah di inginkan
Apalagi di harapkan

Dalam diamku bertanya-tanya
Ada apa dengan tempat ini
Adakah yang salah dengan diriku
Ataukah aku sudah berdosa

Malam pun terus berlalu
Dan aku tak mungkin tidur dengan begitu saja
Atau memejamkan mata
Dalam tanda tanya

Aku pun tak tahu jelas
Kenapa dia datang
Tapi dalam suci
Dan lindungan Tuhan

Akhirnya dia datang padaku
Menyanpaikan pesan padaku
Yang tak mungkin setiap orang tahu
Pada malam itu

Semarang Bersama Luka

Akan kah tempat ini tepat begini
Menyimpan rahasia kepada semua
Hanya dia yang luas biasa
Yang mengerti keadaannya

Di sana ada luka
Yang pernah tercacat
Namun tak pernah terungkap
Dia pun tak bahagia

Harusnya tak ada rahasia
Yang harus di pendam
Agar setiap orang bisa di terima
Dan bisa di hargai di sana

Makhluk lain pun ingin bahagia
Tak hanya kita yang bernyawa
Apalagi kita yang bertahta
Semua yang ada sama

Hanya manusia yang membuatnya
Pernahkah berpikir
Jerita mereka dari segala sisi
Yang datang dari berbagai arah

Aku yang hanya bisa lihat
Aku tak tahan dengan semuanya
Aku tak kuasa memendamnya
Hingga suatu saat perlu di ungkap

Kamar Tanda Tanya

Di kamarku ada tanda tanya
Semuanya jadi hening begitu saja
Semuanya jadi riang tanpa arah
Aku ketakutan dalam pena

Kemana harus ku cari jawaban
Kemana harus ku ungkap
Wajahku sudah lelah
Jiwaku lagi tak tenang

Apalagi raga ini
Yang belum seimbang
Apalagi belum sempurna
Aku tak kuat

Biarlah jalan waktu yang menjawab
Keheninganku jadi penenang
Kopi sebagai pelengkap
Sebatang rokok jadi curahan

Kunci Tersesat

Kunci ku pun tersesat
Mencari arah tuk menemuiku
Apa yang tersembunyi
Dan menyembunyikannya

Aku hanya bisa terdiam
Sambil berdoa
Mencari alasan
Kenapa terjadi

Dia yang tersembunyi
Tak senang melihatku datang
Apalagi harus bicara padaku
Mengatakan aku tak kuat

Perlahan aku pejamkan mata
Dia hanya tersenyum
Tanpa ada kata yang terucap
Apalagi berkata-kata

Hanya bayangan putih menghampiri
Wajah cantik menemani
Entah apa maksud
Adakah tujuan nyata



Siapa

Aku sendiri tak tahu
Apalagi kau dia dan mereka
Aku sendiri tak paham
Bentuknya seperti apa

Ada bisikan yang sampai di telungaku
Ada kata-kata yang masuk di hatiku
Hingga aku bertanya-tanya
Siapa? Siapa? Dan siapa?

Ternyata tak penting
Yang penting untuk apa dia datang
Menemaniku setiap saatnya
Menghapuskan duka yang ada

Bahkan mencegah bahaya
Agar tak terjadi apa-apa
Pada diri ini
Dan jiwa yang berharga

Kalung Bersamaku

Kau adalah lambang sejatiku
Pembawa abadi diri
Pemberi tenang diri ini
Penghapus duka diri

Kau penenang
Hatiku yang bergebu-gebu
Kau pemegang
Jiwaku yang tak tenang

Mimpi itu akan selalu kuingat
Amanah itu akan ku jaga
Hanya kata yang terucap
Tanpa ada tanda tangan

Hanya rasa yang tersirat
Tanpa ada bukti nyata
Semua itu katanya bulsit
Hanya pembohong yang punya

Pasti Terjawab

Suatu saat nanti pasti terjadi
Suatu saat nanti pasti terjawab
Pertanyaan dalam diri
Hingga tak mampu menikmatinya

Malam pasti ada
Tapi pagi pasti menghilang
Hari ini pasti berharga
Tapi untuk besok tak berarti

Jawaban itu datang sendiri
Maka kekuatan pun datang memilih
Aku mencoba lari dari jawaban
Menghindari pilihan

Biarlah nanti jangan hari ini
Biarlah besok jangan malam ini
Aku mencoba berpaling
Tapi tak bisa ku hindari

Friday, December 19, 2014

Lucu

Sesorang pernah berpesan
Jangan pernah tampakan wajahmu
Jangan munculkan sesungguhnya
Kali ini baru terasa

Dimana aku bisa menyembunyikan
Segala-galanya dalam raut wajah
Bisa senutupi semuanya
Di dalam sebuah kening

Rasa lelah
Rasa kecewa
Atau pun rasa tak terima
Aku bisa hadapi dengan senyuman

Rasanya pengen ketawa
Lucu memang sangat lucu
Semua yang ada dalam hidup
Semua kembali ibarat permainan

Tapi itu lah pelajaran
Takkan kita terima
Sebelum kita alami
Takkan pernah di sadari
Sebulum di hayati

Tak Disini

Aku menulis puisi bukan tanpa kata
Merangkai kata bukan tanpa arti
Jangan pernah salahkan artinya
Karena ini bukan untukmu

Apalagi tentang dirimu
Jangan pernah berharap
Kata-kata indah ini milikmu
Karena semua untuk dia

Dia yang tak ada disini
Dia yang tak ada di alam di dunia
Tapi dia yang ada di alam pana
Yang hanya bisa di tembus dengan kata

Kata yang tak setiap orang tahu
Kata yang tak mudah
Susah tuk di pahami
Apalagi harus di artikan

Bunga Kematian

Kaulah bunga kematian
Aku bukalah kubangga kebangkitan
Aku juga bukanlah kumbang pengharapan
Aku hanyalah kumbang biasa

Dulu aku datang membawa kesegaran
Berharap bunga mau menerima
Tapi kini aku sudah pergi
Kau minta datang

Ketika kau sudah jadi bunga kematian
Kenapa dulu kau meminta ku pergi
Karena aku hanya kumbang biasa
Sekarang kau meminta aku kembali

Aku tak bisa berbuat apa-apa
Dan tak mungkin lekas kembali
Harusnya kau bukan minta padaku
Tapi minta pada kumbang penghisap

Apa yang bisa di perbuat
Oleh aku kumbang hina ini
Bukannya kau bilang sendiri
Bahwa aku kumbang hina

Sambutlah

Bersiaplah untuk jadi orang hebat
Sambutlah mimpi-mimpiku
Dengan indah
Nikmatilah alur yang kan kau terima


Ibarat adrenalin balapan
Ibarat sambutan perang
Ini nyata bukan omong belaka
Atau hanya dusta semata

Adrenalin itu yang akan membawamu
Dalam kejayaan
Harap dan cita
Jadi nyata

Yang tak mungkin jadi mungkin
Yang tak asli jadi asli
Apalagi kesedihan
Semuanya berubah jadi keceriaan

Kesedihan hanyalah jadi warna
Kegelisahan hanya sesaat
Apalagi sebuah kecewa
Hanyalah jadi tawaan

Sebatas

Kau datang bawa kebahagian
Terus bawa kesedihan
Terus aku harus gimana
Hatiku sudah benci

Kalau hatiku sudah benci
Aku sendiri tak bisa
Tuk membuang kebencianku
Ku terima tapi hati ku tidak

Terlu banyak dusta
Antara kau dan aku
Terlalu banyak rahasia
Di hatimu

Harusnya jujur
Jangan sampai
Sosok lain tahu
Kalau sudah terjadi

Ya seperti ini
Aku tak bisa apa-apa
Kamu sendiri yang sembunyikan
Maka makhluk tersembunyiku tahu

Aku beda dengan yang lain
Aku tak seperti mereka
Ada yang lain di diriku
Ada seseorang bersamaku

Tak butuh

Ketawa lah sepuasnya
Karena tawamu tak berarti
Tersenyum lah sesukamu
Karena senyummu tak berharga

Aku tak butuh
Aku tak mau lihat
Wajahku
sudah kupalingka sejauh mungkin

Jalan lah seenakmu
Karena jalanmu
Sudah tak ku butuhkan
Seperti dirimu

Sudah ku bilang
Aku sudah kecewa
Hatiku
sudah tak mau terima

Thursday, December 18, 2014

hujan

Mungkin hujan pun tahu
Perasaan ku saat ini
Mungkin Tuhan pun mengerti
Hatiku di sini

Hujan pun mengiringi rasa sakit ini
Hujan pun mengiringin kepedihan ini
Cukup terobati untuk saat ini
Karena aku bisa melihat hujan begitu deras


Laksana kepedihan ini begitu besar
Kehancuran ini begitu dalam
Hujan cukup mewakili hati ini
Cukup mewakili sakit ini

Sambaran petir pun menemani
Menyambar setiap jatuhnya bulir hujan
Menyambut setiap air yang terjatuh
Mungkin mewakili amarahku saat ini

Wednesday, December 17, 2014

Tak Sesuai

Kehidupan itu tak berjalan sesuai waktu
Keinginan tak sesuai dengan kenyataan
Begitu pula dengan rencana
Tak sesuai dengan targetan

Lalu apa yang kita lakukan?
Menyesali yang sudah terjadi?
Memperbaiki yang akan terjadi?
Ataukah kita memperbaiki kesalah hari ini!

Waktu berjalan laksana waktu
Membunuh ibarat belati
Membasahi ibarat detik kehidupan
Menyayat hati ibarat janji

Kita selalu berpikir
Hari esok pasti lebih baik
Tahun depan
Pasti lebih berarti

Tapi nyatanya sama saja
Yang ada hanya usia berkurang
Kehidupan makin buruk
Keistimewaan jadi penghancur

Waktu laksana sebuah rokok
Makin di nikmati makin habis
Di hayati makin tak berarti
Lalu kenapa?

Kita masih diam dalam kesalahan sama
Masih terus menikmati dunia semu
Haruskah urat napi sampai terakhir
Rasa bangga tak ada lagi

Sang pengambil nyawa datang
Malaikat paling kejam menghampiri
Kehidupan sudah tiada
Sang bijak sana menghampiri

Sampai kapan kita akan sadar
Harus kah sampai detak terakhir
Atau kah di alam hayal kita taubat
Di alam dunia kita tetap

Inilah alam hayal dunia
Inilah alam penipu
Jangan pernah kita salahkan
Karena ia tak berdosa

Ia tak bersalah
Hanya kita lah yang lalai
Kita yang tak mau berubah
Hingga akhirnya nyawa tak berguna

Jangan juga kita salahkan Tuhan
Karena dia sampaikan pesan
Di alam tak sadar kita
Hanya kita yang tak sadar

Terjebak di alam dunia
Hingga pantas kita sebut inilah alam pana
Inilah alam hayal dunia
Semua orang mampu bermimpi

Hingga lupa segalanya
Hingga dunia mengambil segalanya
Cinta kasih semuanya lengkap
Sayang lah yang membuat terjebak

Kasih kepada suami
Kasih kepada istri
Hingga kita lupa kasih kepada Tuhan
Beribadah kepada sang kuasa

Terjebak

Rasanya aku iri
Melihat dia berduaan
Di temani hujan
Setetes demi setetes
Air itu membasahi tanah

Rasanya tuhan tak adil
Aku hanya di temani dengan tas hitamku
Sambil memandangi air hujan
Dan aku pun bertanya
Masih lama ga hujannya?

Aku tak tahan
Bila hanya di temani tas saja
Hujan ini rasanya lama
Andai saja ada sesorang
Mungkin tak lama seperti ini

Mungkin tuhan pun marah
Hingga membuatku terjebak seperti ini
Terjebak cinta mungkin indah
Tapi kalau terjebak antara hujan dan tempat tinggal
Rasanya seperti ini

Kesal
Pengen marah
Ingin rasanya ada payung
Agar aku bisa pulang
Dan nyampai rumah

Kehilangan arah

Kemana lagi aku harus melangkah
Kemana lagi aku harus berjalan
Semua arah telah aku lewati
Semua rasa telah aku cari

Kini aku dalam persimpangan
Kini aku di hadapan jurang
Aku bingung
Mana kah yang harus kupilih

Pilih jurang yang nantinya ada kehidupan kekal
Atau kah persimpangan yang nantinya ada istana megah
Aku tak tahu lagi
Mana yang benar atau yang salah


Aku sumpai pada akhir perjalanan
Dimana aku harus mengakhiri semuanya
Tak ada lagi yang bisa ku harap
Tak ada lagi yang bisa ku rasa

Menyerah

Haruskah aku menyerah
Perjalanku sudah satu abad
Kehidupanku sudah lama di mulai
Hingga ini titik terakhir

Masih ku ingat ketika masa balita
Semuanya aku hadapi dengan menangis
Semuanya aku pinta dengan tersenyum
Hingga tiba waktu semua di hadapi penuh amarah

Haruskah aku menyerah sampai disini?
Saat semua amarah menjadi amarah dewa
Hingga semua di hadapi penuh emosi
Semua aku mulai dengan senyuman

Akan kah aku akhiri dengan tangisan
Bahkan amarah semata
Ketika amarah sudah jadi penguasa
Kehidupan sudah penuh dendam

Apakah hatiku sudah seperti itu?
Aku tak sadar aku tak tahu
Hanya malam hari yang menjawab
Pagi yang menyadarkan

Kini aku hanya punya amarah
Yang tak bisa ku tahan
Yang tak berujung pada perjuangan
Aku telah di kalahkan

Aku masih ingat saatku
Memulai dengan amarah
Maka aku mengakhiri dengan amarah
Hingga namaku tak berguna

Hanya yang tersayang
Yang mampu mencairkan
Sang terkasih abadi
Yang menyadarkan

Kini aku sudah di jauhkan
Oleh cita-cita dan harapan
Di buang dari rumah
Oleh keinginan dan capaian

Aku rindu belai tangannya
Hangat kasih sayangnya
Tapi apa daya
Aku terpatri di sini

Andai semua orang tahu
Apa yang sedang ku rasa
Aku mencari dia yang baru
Menggantikan dirinya

Tapi aku tak bisa
Dia yang melahirkanku
Dia yang memberi nyawa
Hingga aku mampu berdiri di sini

Aku tak tenang

Tak ada pelabuhan untukku bersandar
Tak ada persinggahan yang nyaman
Untuk berharap dan bercerita
Aku masih mencari

Tapi mau sampai kapan?
Aku sudah sampai kehancuran
Begitu pun dengan kapal berhargaku
Kapal cinta yang akan hidup selamanya

Mungkin aku masih mencari sosok
Yang sama dengan ibukku
Ataukah yang sama seperti mantantu
Aku sendiri pun tak tahu

Hingga aku mencoba singgah
Di berbagai pelabuhan cinta
Namun akhirnya sama saja
Pelabuhan itu milik semua

Pelabuhan itu bukan untukku
Awalnya pelabuhan itu sama-sama
Hingga aku kira tak ada yang punya
Tak ada yang penguasanya

Pelabuhan itu pernah berbisik padaku
Bahwa dia tak ada yang memiliki
Hingga akhirnya pelabuhan itu
Adalah pelabuhan penipu

Aku benci dengan semua pelabuhan
Aku benci dengan pelabuhan penipu
Yang datang dengan kebohongan
Yang membisikan semua pendustaan

Tuesday, December 16, 2014

Kurang

Aku tak biasa hidup
Dengan layangan lepas
Atau pun angin malam
Apalagi angin barat

Aku hanya bisa hidup
Dengan lautan yang tenang
Air yang mengalir dengan indah
Hingga memberi warna berbeda

Dulu kau angin tenang
Dulu juga kau pelangi
Tapi kini kau hanya lah sampah
Yang tak ada artinya di hadapanku

Aku selalu mencoba
Untuk menjadikanmu pelangi yang indah
Rembulan yang sempurna
Tapi tetap saja kau tak berubah

Hiduplah semaumu
Hingga kau mau hidup
Nikmatilah kehidupan
Hingga kenikmatan menikmati hidupmu

Mana lagi yang kurang
Perjuangan ku selama ini
Hanya kau anggap biasa
Kau anggap standar saja

Cinta yang ku tunjukkan
Hanya kau anggap kebohongan
Aku hanya ingin berjuang di sini
Aku hanya ungin berusaha sampai di sini

Kau Layangan

Jangan membuat aku kesal
Dalam kekesalan
Jangan buat aku marah
Dalam kemarahan

Kau tahu aku
Kau tahu segalanya tentang diriku
Tapi kau tak pernah mengerti aku
Kau tak pernah pahami keadaanku

Aku sudah muak dengan dirimu
Aku sudah bosan dengan kelakuanmu
Pergilah sejauh mungkin
Jangan pernah kembali lagi padaku

Aku sudah memanggapmu  sebagai layangan
Yang sudah pergi dari tanganku
Yang sudah lepas dari cengkramanku
Pergilah yang jauh

Pergilah sejauh mungkin
Pergilah bersama angin malam
Kau layangan bebas
Kau layangan lepas

Aku tak mau menggapaimu lagi
Aku tak mau mengejarmu lagi
Sudah cukup bagiku terjatuh
Sudah cukup bagiku terluka

Menghilanglah
Sejauh mungkin dari hadapanku
Angin sudah membawamu
Kenapa kau masih di sini

Sunday, December 14, 2014

Alasan aku bahagia

Hari ini mungkin aku bahagia
Hingga tak ada bait puisi yang bisa aku tuangkan
Terimakasih kepadamu
Hingga aku bisa menulis lembar-lembar puisi

Rasanya tak enak
Saat hidupku bahagia
Karena tak ada yang aku pikirkan
Tak bisa aku ungkapkan

Kini aku tahu
Sakit hati itu perlu
Agar aku mampu menulis
Agar aku mampu berkarya

Pikiranku tak jalan
Detak jantung ku normal saja
Tak bisa aku tuangkan satu kata pun
Dalam penaku

Rasanya sedih
Kasihan penaku
Hingga tak aku pakai lagi
Hanya jadi sampah tergeletak di kamarku

Cinta adalah objekku
Rasa adalah bahan untukku
Sakit hati adalah karyaku
Rasa sayang adalah pelengkap

Puing-puing kehidupan

Aku hanya bertahan
Dengan puing-puing ini
Aku hanya berjalan
Bersama puing-puing ini

Puing kehidupan
Yang membawaku tetap hidup
Kini aku mencari sebagian puing-puing itu
Agar aku tetap kuat

Adakah yang tahu
Apa puing-puing itu
Adakah yang menemukan
Puing-puing itu

Kuhabiskan puing-puing itu
Hingga dadaku sesak
Jiwaku tergoyah
Karena puing-puing itu musnah

Aku sadar
Susah tuk mencari puing-puing itu
Aku yakin
Tidak semua tempat ada

Hanya tempat tertentu
Hanya waktu tertentu
Tempatnya lebih berharga
Karena mampu membeli kehidupan

Emas dan mutiara
Sudahlah pasti di dapat
Berlian dan perak
Tentu bakalan di gapai

Kehidupan ku dan kehidupanmu
Hal yang murah
Nyawa seseorang saja
Mampu di tawar

Sebagian orang mempertaruhkan hidup
Untuk dapatkan itu
Sebagaian orang rela
Gadaikan tuhan hanya untuk milikinya

Aku hanya punya hidup

Aku tak punya apa-apa di dunia ini
Aku tak memiliki apa-apa di sini
Aku hanya punya hidup
Dan kehidupan

Tak ada yang bisa ku banggakan
Tak ada yang bisa ku tunjukan
Untuk dirimu yang punya segalanya
Aku hanya punya hidup ini

Tak ada yang bisa ku beri untukmu
Tak ada yang bisa ku persembahkan
Kepadamu di alam ini
Hanya inilah yang bisa ku persembahkan

Waktu ku ku habiskan sendiri
Kehidupanku ku ku habiskan sendiri
Tak ada lagi hal untukmu
Tak ada lagi waktu luang buatmu

Kau terlalu sempurna buat hidupku
Aku hanya bisa memilih hidupku
Aku hanya menikmati kehidupanku
Hanya ini harta berhargaku


Tak Normal

Setiap malam
Ku habiskan waktu-waktu ku
Hanya bercengkrama dengan mereka
Menceritakan kejadianku

Ini bukan pilihanku
Ini bukan keinginanku
Mereka datang di hidupku
Mereka mampir di hidupkupku
Dengan sendiri  tanpa ku minta

Andai aku bisa memilih
Aku ingin seperti mereka
Aku ingin hidup normal
Menjalani hidup dengan indah

Aku tak tahan
Lelah menghadapinya
Aku tak biasa
Jiwaku belum siap

Sebatas Istana

Aku datang dengan kesederhanaanku
Maka aku pun pergi dengan kemiskinanku
Ku lepaskan semua cinta bersamamu
Ku buang jauh semua impian kita

Istana yang pernah ku bangun
Kini aku hancurkan semua
Aku leburkan istana itu
Bersama leburnya cintamu

Kini aku datang
Bersama kehancuranku
Haruskah aku pergi
Dengan luka darimu

Terima lah aku
Sebagai aku di masa ini
Bukan aku di masa lalu
Atau pun aku di masa depan

Marilah kita bangun istana bersama
Bukan aku yang membangun istana untukmu
Bukan pula aku yang membangun cinta untukmu
Tapi kita bangun bersama

Cinta bukan sebatas istana
Cinta juga bukan sebatas rasa
Dimana kita bangun
Kemudian kita hancurkan

Pertanyaan

Apa yang kan kau jawab
Apa yang kau ungkapkan
Bila suatu nanti kau pergi
Dan ada yang mencintaimu

Jawaban apa yang kau beri
Kau bilang aku sudah bahagia
Ataukah aku masih cinta
Mana yang kan kau jawab

Kala waktu sudah menghampiri
Kehidupan telah berubah
Untuk siapakah hatimu
Untuk apa cintamu

Aku adalah masa lalu mu
Yang tak punya tempat di hatimu
Yang tak ada ruang special di jiwa mu
Mungkin kah aku milikimu

Hatimu untuk siapa
Aku selalu coba tuk masuk
Tapi tak ada ruang di hatimu
Tak ada kesempatan untukku


Saturday, December 13, 2014

Sampah

Aku seperti tong sampah
Yang tak di anggap dalam hidupmu
Aku seperti sampah
Yang tak berarti keberadaannya

Di biarkan tergeletak di jalanan
Tapi tak pernah kau ambil
Hingga orang-orang menginjakku
Menganggap aku sebagai sampah jalanan

Aku juga bukan tembok takesi
Yang di diamkan begitu saja
Dan menjadi hiasa semata
Harusnya kau sadari itu

Hingga suatu saat
Ada yang mengambil ku
Dan menjadikan aku barang berharga
Dalam kehidupannya

Yang menganggap aku sebagai aku
Aku sebagai masa depannya
Bukan aku sebagai tong sampah lagi
Atau pun sampah yang tak berarti

Terbuang

Tunggu apa lagi
Aku tak punya banyak waktu untukmu
Tunggu yang mana lagi
Aku tak punya banyak uang untukmu


Sadar atau tidak
Aku harus pergi darimu
Aku pun harus meninggalkanmu
Agar aku hidup lebih baik

Kini kamu bukan untukku
Kamu bukan milikmu
Aku tak pernah salah
Aku juga tak pernah kalah

Aku ungkap semua rasa
Aku kasih semua cinta
Tapi tanganmu tak pernah menyambutku
Matamu tak menerimaku

Apa salahku
Apa dosaku padamu
Hingga kau tak mau denganku
Hingga kau sudi menerimakuunggu apa lagi
Aku tak punya banyak waktu untukmu
Tunggu yang mana lagi
Aku tak punya banyak uang untukmu


Sadar atau tidak
Aku harus pergi darimu
Aku pun harus meninggalkanmu
Agar aku hidup lebih baik

Kini kamu bukan untukku
Kamu bukan milikmu
Aku tak pernah salah
Aku juga tak pernah kalah

Aku ungkap semua rasa
Aku kasih semua cinta
Tapi tanganmu tak pernah menyambutku
Matamu tak menerimaku

Apa salahku
Apa dosaku padamu
Hingga kau tak mau denganku
Hingga kau sudi menerimaku

Memotret masa lalu

Ibarat aku mencari kenangan dialam pana
Ibarat aku mencari potongan kehancuran
Andai ada kau di sini
Membantuku untuk mencari cerita kita

Aku lupa dimana aku simpan
Memori-memori kebersamaan kita
Sudah terlalu jauh kita melangkah
Hingga saling melupakan

Fotongan-fotongan kaset itu dimana ya?
Mungkin sudah terkubur bersamamu di alam hayal
Mungkin masih tergantung
Di antara panas matamu

Aku mencarinya
Biar ku kumpulkan lagi cerita itu
Hingga mampu menjadi masa depan
Dialam panas yang tak pernah ada

Ternyata aku salah

Aku sudah berharap banyak padamu
Aku sudah meminta lebih untukmu
Ternyata aku salah
Ternyata aku kalah

Kau bukanlah yang aku harapkan
Kau tidak sesuai dengan yang aku inginkan
Kau masih bersembunyi disosokmu
Kau masih dengan masa lalumu

Aku tak bisa menerima
Aku tak bisa terima
Pergilah kau dengan masa lalumu
Hiduplah dengan masa lalumu


Aku ingi kau hidup dengan masa sekarang
Bukan dengan masa lalu
Yang sampai saat ini membayang-bayangimu
Hidup denganku bukan hidup dengan bayang-bayang

Roderick

Sama halnya kata roderick
Dalam sebuah cerpen
Ternyata aku telah di kalahkan
Oleh cinta yang telah membuatku hidup

Aku di kalahkan ole dua pilihan
Yang tak pernah aku pilih
Dan hanya memilih pilihan ke dua
Yang membuatku tak dapat apa-apa

Yang hanya membawaku dalam kehancuran
Sampai saat ini belum aku terima
Saat ini belum aku sesali
Hanyalah sebuat kesesatan

Yang membawaku seperti ini
Belati itu telah membunuhku
Aku kira masih ada di denggaman tanganku
Masih ada di pakuanku

Ternyata sudah merobek-robet jantungku
Dan menghancurkan ragaku
Akan aku selalu aku ingat
Akan selalu aku kenal

Dialam keabadianku
Di alam hayal dunia ku
Cinta yang menghidupan itu
Ternyata telah membunuhku

Goresan kata

Jangan tanyakan puisiku untuk siapa
Jangan tanya kata-kaka untuk apa
Inilah adalah ungkapan rasa
Goresan kata-kata

Air mengalir begitu saja
Tak butuh alasan
Dan meminta pada bumi
Apalagi meminta-minta pada dunia

Dia pasrah dengan keadaan
Dia terima dengan kenyataan
Itulah pelajaran yang harus aku ambil
Hal yang harus aku terima

Sungai tak akan jadi deras
Kalau tak ada air menghilang
Apalagi dia pergi begitu saja
Meninggalkan alam pana

Rembulan Ku

Tengah malam aku sempatkan menemui rembulan
Hanya untuk memastikan dia baik-baik saja
Karena tadi pagi mendungpun menghampiri
Aku takut hujan melukai hatinya

Dalam kemalasanku
Aku paksakan kaki ini untuk pergi
Menemui rembulan yang sedang bercahaya
Memastikan dia bercahaya

Aku takut rembulan itu terluka
Aku takut rembulan menangis
Biarlah aku jadi sandarannya
Biarlah dia meluangkan semuanya

Meluangkan kekesalan yang terjadi hari ini
Meluapkan kesedihan malam ini
Aku ikhlas jadi tembok bisu
Aku ikhlas diary sunyi


Friday, December 12, 2014

Alasan

Kenapa dulu aku meninggalkan dia
Kenapa aku menyia-nyiakan dia
Bukan karena ada orang kedua
Atau pun ketiga

Tapi ada rasa yang tak di ungkap
Ada rahasia yang tak di buka
Sama halnya pada saat ini
Sama halnya denganmu

Melupakan hal yang tak seharusnya di lupakan
Meninggalkan sesuatu yang seharusnya tak di tinggalkan
Hingga pada akhirnya indra ke 6 berguna
Hingga akhirnya indra ke 6 ku yang membuka

Aku tak siap
Tapi gima lagi aku tak bisa berbuat
Dia datang begitu saja
Dia menghampiriku tanpa aku pinta

Kau harusnya ceritakan segalanya
Sebelumnya meledak
Dan amarahku tak bisa di tahan
Seperti waiwastuyamadipa

Obat Kedua


Tempat berbeda yang ku temui
Bandung tempat pertama
Ikopin tempat kedua
Di mana aku bisa meluapkan semuanya

Ragge namanya
Di sini ku obati luka ku
Dengan lagu-lagu tak jelas
Tapi menggoda

Tanpa arah gerakannya
Tapi seru
Aku bisa ketawa ria
Aku bisa senyum puas

Untukmu yang di sana
Apa pun yang ku lakukan
Tak ada hubungannya denganmu
Tak ada urusan bersamamu

Malam sabtu tepatnya
Tanggal 12 desember
Tahun dimana akan berubah
Dari 14 menuju 15

Dimana semua luka tergores kembali
Dimana sakit terasa lagi
Aku tak tahu kenapa
Tapi aku rasa dadaku sakit

Penuh dendam dan rasa sakit
Penuh benci dan kepedihan
Aku hanya bisa terdiam
Sampai pada akhirnya aku lupa

Cukup

Dinginnya angin malam
Getirnya kota bandung
Sudah cukup untuk menghilangkan lara
Cukup menghapus goresan luka

Perih memang
Tapi tak masalah
Sedih memang
Tapi tak ada cara lagi

Kini aku hanya bisa sampaikan pada angin ini
Kini aku hanya bisa luangkan disini
Betapa hancurnya hatiku
Betapa tak berartinya kasihku

Ganasnya alam masih bisa aku tahan
Perihnya sayatan belati masih bisa aku hilangkan
Tapi remuknya kasih ini
Aku tak sanggup rasakan

Meminta

Berikan aku waktu lagi
Untuk bisa menikmati malam ini
Berikan aku ruang lagi
Untuk menikmati semua ini

Rasanya terlalu cepat
Luka ini belum sembuh
Sakit ini masih ada
Aku masih tetap di sini

Di sini bersama temanku
Yang orang lain tak bisa lihat
Di sini bersama sahabatku
Yang orang lain tak bisa rasakan

Aku tak sadar
Dia sudah ada bersamaku
Menyembuhkan luka-luka ku
Menghibur kehadiranku

Kini aku hanya ingin ada disini
Bersama dia yang ada
Hanya ingin bersamanya
Yang tak mungkin bisa datang

Penaku

Bait-bait cinta
Inilah bait-bait cintaku
Yang ku tuangkan dengan penaku
Dalam buku cintaku

Yang kan membawaku
Dalam kebahagiaan
Yang membawaku
Dalam kemewahan

Inilah bait-bait rasaku
Yang membawaku
Dalam keindahan
Dan kehidupanku

Rasanya semua tertuang
Dalam pena ini
Rasanya terungkap semuanya disi
Dalam setiap langkahku

Cintaku tertuang disini
Kasihku tertuang disini
Semuanya ada disini
Lengkap bersamaku

Kenapa

Kenapa harus ada surat kedua
Kenapa harus afa surat pertama
Mana aku tahu
Semua mengalir begitu saja

Kenapa harus ada rasa
Kenapa harus ada rasa sayang
Mana aku tahu
Semua datang begitu saja

Dia datang membawa kebahagian
Namun akhirnya jadi luka
Awalnya dia bawa cinta
Akhirnya dia bawa kebencian

Kenapa semua harus terjadi
Kenapa semua harus terulang
Mana aku tahu
Semua mampir begitu saja

Ada Rahasia

Kenapa aku pergi
Ada rahasia yang kau sembunyikan
Kenapa aku menghilang
Ada cerita yang tak kau sampaikan

Hingga pada akhirnya
Waktu pun yang menceritakan
Hingga akhirnya kita harus berpisah
Dan takkan bertemu untuk selamanya

Semua cinta berasal dari rasa
Dan semua rasa berasal dari hati
Hatiku tak bisa menerimamu lagi
Walau jiwaku masih menerima mu

Biarlah semuanya terjadi
Tapi apa yang sudah terjadi
Tak mungkin terjadi lagi
Apalagi harus kembali

Angin pun berdinding
Kaca pun punya mata
Ingat dan selalu pahami semua itu
Resapi dalam hatimu

Jangan pernah kembali
Sebelum kau mengerti
Jangan temui aku
Sebelum kau mengerti

Aku tak mau jiwa-jiwa yang kotor
Aku tak ingin hati yang pernah di ingkari
Jawablah nanti
Pertanyakan pada diri sendiri

Cinta sebatas jalan

Ku pandangi mereka
Ku perahatikan mereka
Dengan asyiknya
Bercanda gurau

Kau pikir ini dirumahmu
Kau pikir ini jalanmu
Ini dunia milikmu
Jalan umum punya mu

Aku geram melihatnya
Aku marah menatapnya
Kau penuhi jalanan
Kau halangi orang untuk lewat

Mau pacaran?
Di rumah saja
Tak perlu mengganggu orang
Tak perlu menghalangi aktivitas

Di depan aku punya tujuan
Di depan aku ada kegiatan
Tak perlu kau halangi jalanku
Tak perlu kau ganggu aktivitasku

Pikir, pikir dan pikir lagi coba
Masih banyak yang sibuk untuk urusan negri
Masih banyak urusan bangsa
Kau berdua hanya mengganggu jalan

Dasar sampah jalanan
Dasar sampah tak berguna
Tak ada kerjaan tak ada kegiatan
Hanya berduaan memenuhi jalan

Frustasi

Kini ku takkan berharap lagi kepada manusia
Meminta kepada setiap orang
Tuk memafkan setiap kesalahan
Tuk meluangkan setiap waktu

Dingin malam biar aku habiskan sendiri
Panasnya dunia ku nikmatin saja
Semua masalah kan ku hadapi saja
Hingga raga ini jadi abu hina

Aku sudah selesai
Perjalananku sudah usai
Kini aku paham
Kini aku sadari

Mulut adalah senjata terhebat
Hati adalah senjata ampuh
Musnahkan jaga ini dengan dua hal
Perbaiki masa depan dengan 1 hal

Mulai, mulai hingga akhir
Akhir itu hanya kematian
Lanjut,lanjut terus lanjutkan
Hingga berhenti detak jantung

Goresan Luka

Hati ini terlalu rapuh
Raga ini terlalu lemah
Terputar semua masa lalu
Teringat semua kenangan dulu

Rasanya perih
Sayatan-sayatan itu
Terkena panasnya derita
Terkena siraman duka

Kenapa harus tergores lagi
Kenapa harus kena lagi
Kini aku hanya bisa menangis
Di bawah naungan diri ini

Perih
Seperti sayatan pertama dulu
Sakit
Seperti goresan luka dulu

Aku kira sudah sembuh semua luka itu
Aku pikir sudah hilang semuanya

Thursday, December 11, 2014

Puncak Penantian

Di puncak ini aku menanti
Di puncak ini aku menunggu
Waktu-waktu pun berjalan

Laksana bak air yang mengalir
Laksana hujan yang membasahi
Aku hanyalah keusangan alam ini
Hanyalah hambatan alam ini

Di puncak gunung ini
Aku menantikan keabadian
Menanti dasawarsa waktu berubah
Seperti saat aku menikmati sinar pagi

Biarlah puncak ini
Menjadi bukti penantian
Menjadi bukti aku pernah ada disini
Menanti kamu

Keamanan Bersatu

Kini nama hanya sebuah nama
Kegiatan hanya tinggal kenangan
Amankah amankan dan amankan
Itulah kita

Kini kita hanya diri kita masing-masing
Bukan keamanan seperti dulu lagi
Namun kita bersatu
Bersama keluarga keamanan bersatu

Pesanku pada kalian
Permintaanku untuk kalian
Jaga diri kalian
Perkuat amanah kalian

Ibarat sebuah legenda
Kita adalah prajurit di medan perang
Yang tak pernah dikenang
Walau sudah berkorban

Semangat dan tetap semangatlah
dalam menjalani hidup
Perjuangan kita belum selesai
Kita belum membuat hal besar

KAU MANJAKU


Kau pelabuhan hatiku di sini
Kau persinggahanku di dunia ini
Aku tak tahu alasan pasti
Aku tak tahu jawaban yang nyata

Kenapa aku memanggilmu manja
Kenapa aku memanggilmu manjaku
Yang pasti ada hal yang tak harus kau tahu
Ada hal yang ku sembunyikan pada hari ini

Biarlah kau jadi manjaku hanya di hatiku
Biarlah kau yang paling manja di dunia ini
Agar aku bisa melihatmu dengan kemanjaanmu
Agar aku bisa menyayangimu dengan memanjamu

Kini atau nanti nama itu akan tetap ada
Bersama atau tidak
Nama itu akan melekat
Dalam ingatan dan hati kita

Ingatkan aku ketika aku melupakan nama itu
Tegur aku apabila aku tak pernah memanggil nama itu lagi
Kecuali aku sudah tiada
Kecuali aku tak bisa membuka mata lagi

Sapa aku bila aku tak pernah memanggilmu

Tampar aku bila aku tak melirikmu
Mungkin aku sudah lupa

Atau aku tak tahu lagi dunia

Wednesday, December 10, 2014

Surat Kedua

SURAT KEDUA
Dari Jian Saputra

Malam pun akhirnya di kalahkan oleh pagi, kegelapanpun telah pergi!

Assalamu alaikum wr wb
Ternyata setelah di pisahkan oleh waktu
Di pisahkan oleh keegoisanku
Aku tak mampu bila harus di tinggalkan kamu

Rasanya semuanya biasa saja
Kehidupanku hanya terasa hampa
Aku hanya bisa memandangi embun pagi
Berjatuhan dengan di kalahkan fajar

Aku melihat sampai embun itupun habis
Rasanya terlalu cepat
Terlalu singkat dia membasahi rumput-rumput basah
Di muka bumi ini

Hingga akhirnya semuanya pun kering
Aku tak ingin terjadi hal tersebut pada kita
Pada kebersamaan kita
Yang harus kering karena waktu

Inilah surat keduaku untukmu
Semoga sampai kepada hatimu yang paling dalam
Sampai kepada rasmu yang paling ujung
Sampai semuanya bisa kembali

Kaca yang retakpun akan kembali sempurna
Bila mampu di hiasi dengan keindahan
Bahkan lebih indah dari yang sebelumnya
Lebih mahal dari yang manapun


                                                            Jatinangor, 11 Desember 2014

Memandangi embun pagi yang terjatuh sebagai pengganti dirimu