Wednesday, February 25, 2015

Tidur

Tidurku dalam nafas
Nafasku dalam hembus
Hanya butuh waktu
Bukan malam atau siang

Aku hanya butuh tempat
Untuk terdiam
Di sanalah aku tidur
Tapi bukan memejamkan mata

Pejaman mata hanya isyarat
Agar masih di anggap wajar
Itulah sifat manusia
Tapi aku bukan manusia

Bukan pula syetan
Aku adalah hembusan nafas
Bagi setiap manusia
Aku berwujud
Tapi tak mungkin di miliki

Apalagi harus di kasihi
Aku hanya butuh ruang hampa
Agar aku tetap bergema
Hingga akhirnya menghilang

Belati Kehidupan

Sesungguhnya tak ada kesempatan kedua 
Bukan aku tak mau bangkit atau beranjak pergi
Namun aku terlalu nyaman dengan keadaan 
Waktu telah membawaku pergi jauh dari masa lalu

Bukan karena alasan pula aku tak mau beranjak
Namun aku menikmati sisa-sisa kehidupanku
Tunggu waktunya tiba aku akan kembali
Tapi bukan pada kesempatan kedua

Namun semua kembali pada kehidupan baru
Bukan aku meninggalkan masa lalu
Tapi inilah kehidupan tak mungkin di satu warna
Warna hitam putih sudah berlalu

Selanjutnya warna kelam dan lika-liku
Bukan aku takut menghadapimu semua
Tapi aku masih mencari jawaban
Hingga aku temukan sebuah pertanyaan

Pilihan laksana pedang dalam hidupku
Bak belati tajam yang siap membuat luka
Namun belati itu ada padaku
Aku bunuh diri atau aku bunuh orang

Tuesday, February 24, 2015

Berjalan

Menapaki jejak-jejak kehidupan
Bukan aku yang takut atau pergi
Namun adakalanya perlu sendiri
Bukan tentang arti cinta sejati

Semua berjalan tanpa rencana
Aku tak pernah bisa berjanji
Apalagi menanamkan harapan
Aku hanya bisa berjalan kedepan

Melihat kebelakang sebuah perih
Berjalan kebelakang kesakitan
Berjalan, berjalan dan berjalan
Kehidupan tak pernah tahu

Ada masa bisa menerima
Ada masa harus kalah
Terkadang harus mengalah
Bahkan kita tertawa puas

Semua bukan tanpa arti
Arah bergerak kedepan
Hanya makhluk special
Yang bisa mundurkan waktu

Friday, February 20, 2015

Hanya Mencintai diantara keduanya

        Namun pada akhirnya aku hanya bisa mencintaimu diantara keduanya, cintamu dan cintaku takkan mungkin bersatu untuk selamanya. Aku sadar ternyata semua ini bukan cinta, tapi hanya dendam masa lalu yang tak pernah selesai dalam hidupku. Maaf kau merupakan salah satu pembalasanku atas cintaku yang lalu. Perjalanan kita sampailah pada rasa yang tak saling memiliki. Harusnya aku pergi untuk selamanya tanpa harus menyimpan rasa di hatimu.

        Semuanya hanya membuat sakit di hatiku, kini aku sudah memiliki semua alasan atas hidupku namun bukan atas namamu. Kini masih banyak perjalanan yang harus tetap aku jalani, bukan karena sebuah cinta namun karena sebuah cita-cita.

        Aku belum mati begitupun cintaku, namun saat ini aku pendam rasa ini sejauh hatiku melangkan dan akan ku ambil pada waktunya untuk bidadari yang paling ku cintai. Tanyakan sekarang siapa bidadari itu, jangan kan kamu akupun tak tahu, namun suatu saat nanti aku akan katakan siapa bidadari itu, mungkin kamu atau yang lainya.

       Namun yang sesungguhnya pada saat ini aku ingin sosok pendamping yang sering orang agung-agungkan dengan nama pacar. Akupun sama ingin mempunya pacar, namun aku tak sanggup menghadapi semua hiru pikuk pertengkaran, salah paham dan kehancuran. Aku hanya ingin tenang merangkai dan mencapai impianku.

      Ternyata masih terbentang jauh sebuah perjalanan cinta di samudera, aku hanya menemuka satu titik saja yang kurasa itu kegagalan namun ternyata tidak karena aku belum sampai di akhir cinta yaitu sebuah pernikahan abadi. Kini aku hanya ingin mempersiapkan kearah sana, biarlah saat ini aku tak memiliki cinta namun nanti cinta itu abadi.


      Pelajaran cinta kadang aku lupakan dan menganggap hal itu sepele, padahal itu hal yang paling penting dalam hidup. Sadarilah aku akan menemukan cinta di alamku dan tak mungkin pernah aku lepaskan sampai kapanpun walau tak ada alasan.

Thursday, February 19, 2015

Peran Kata-Kata

Kata-kata merupakan kata yang paling mujarab dalam hidup, namun kata-kata pun menjadi cambuk yang mematikan dalam hidup. Begitulah yang terjadi dalam hidupku, aku mati dengan sebuah kata-kata. Langit hendak aku capai, lautan laksana aku sebrangi. Aku tak pernah takut dengan semua itu. Namun di akhir perjalananku aku mati dengan sebuah kata cinta, aku hancur dalam sekejap.

            Semua aku sampaikan untukmu yang aku cintai, aku tak sempat menjaga hati ini dengan baik hingga pada akhirnya kau pergi dari hidupku. Aku coba cari penggantimu dengan menyusun kata paling indah, namun semua kandas karena aku salah berucap. Semua terfokus pada satu hal, hingga hal lain lumpuh dan ikut menghilang.

            Aku terdiam dalam sebuah gua gelap, keramahan dan keganasan cinta. Tak sadar kau telah tiada membawa separuh cintaku. Kasih aku masih mencarimu dalam sebuah pengasingan cinta, menanti janji setia yang telah kau ucap tersama luka. Aku pergi begitu saja dari sisiku tanpa ada ucapan selamat tinggal dan perpisahan singkat.

            Kini kau datang lagi membawa segudang mimpi yang kau tawarkan, seakan senyumku bersinar lagi. Namun tanda itu pun datang lagi kau sebut sebuah komitmen untuk tetap sendiri, di sini hatiku terluka terbawa kedalam sebuah pilihan lagi antara meninggalkanmu atau tetap di sini menantimu sampai kembali.

            Tak sadarkah kau kini mengundang lagi semua kenangan yang datang dalam hidupku, harusnya aku tak menyapamu agar kau tetap pergi dariku. Tapi kasih sadarilah aku mencintaimu sama seperti dulu. Bait-bait kata telah aku persiapkan dari dulu untuk menyambutmu, november pembawa lagi kenangan yang aku simpan dalam mimpiku di dunia ini.

            Kini aku tertidur dalam diam, agar aku mampu mengenangmu dalam alamku, agar kau tak pernah pergi lagi dari hidupku. Rasanya sesak dada ini, sama seperti malam yang jadi siangku siang yang jadi penghangat hidupku.

            Aku sadar kau takkan meliriku sebagai rasa yang kau agungkan, apalagi memilihku sebagai raja yang akan bersamamu. Aku hanya jadi sebagian kisah yang tak pernah kau tulis dalam hidupku. Inilah aku kasihmu yang masih menanti sosok putih sebagai dirimu, kini aku tak sanggup menahan semua ini. Rasanya ingi aku ucapkan aku mencintaimu, namun aku tak mau ini jadi penghancur bagiku.

            Aku tak ingin kehilanganmu, kau harusnya termiliki olehku agar aku mampu menjaga kata-kata hatiku dalam sanubariku. Jalanku samar-samar ku tapaki, namun aku harus berjalan dan meneruskan hidupku. Andai aku tahu cara terindah untuk dapat mengenangmu, ingin rasanya aku mengenangmu untuk selamanya.

            Jangan salahkan aku jika suatu saat cinta ini sama untukmu, tak mampu aku bagi untuk yang lain. Andai ada mahligai yang bisa ku buat sendiri, akan ku buat mahligai untukku sendiri. Agar aku tak menginginkan mahligai yang kau miliki.

            Kau datang padaku dengan sejumlah cintaku untuknya, bukan datang padaku dengan cinta untukku. Andai saja Tuhan menciptakan rasamu untukku pasti akan ku pinta hatimu untukku. Aku sadari perjalanan waktu bukanlah untukku, bahkan waktu tak mengizinkan untukku.

            Andai saja kau miliku, akan ku ungkap semua yang tak pernah ku ungkap, semua alasan itu begitu kuat hingga aku hanya mampu terdiam. Kini kasih bukanlah keagungan bagiku, hanya luka dalam hidupku. Tawaku hanya sebuah sandiwara agar cinta tak pernah terlihat.

            Yakinlah aku mencintaimu berbeda dengan yang lainnya, aku sudah terlalu takut memilikimu, dekat denganmupun ketakutan dalam hidupku.

Inilah kekuatan kata-kataku yang tak mampu mencapai cinta yang telah aku agungkan selama ini, selamat tinggal cintaku. Untuk kedua kalinya aku harus pergi darimu.

            Semoga kau bahagia dengannya, aku mencintaimu dan menyayangimu. Titip doa pada Tuhan agar kau selalu bahagia, jangan pernah lihat aku lagi. Aku tak sanggup teteskan air mata cinta. Berpisah bukan keinginanku, bersama bukan kehendakku.

            Kau hanya ada dalam mimpiku dan jadi cinta impian dalam hidupku.

Doa Kematian


Tenang,
Bukan kita yang berada dalam kematian...
Siang pun tahu...
Embun di pagi hari akan menguap menjadi sisa sisa cinta kita.

Tenang,
Buka pedang yang menghunusmu dalam penderitaan.
Tapi dia yang menyakitiku hingga dalam kematian yang damai

Tenang,
Lautan ego hanyalah fikirmu...
Dalam diam pun,
Udara tahu bahwa lengkahku yang terseok adalah untukmu

Tenang,
Bukan kita yang akan menangis dalam danau kematian...
Hanya saja,
Aku yang akan menenggelamkan diriku untukmu

Tenang,
kau hanya perlu untuk menjadi seperti elang yang mengepakkan sayapnya dengan gagah.
Kenakan matamu yang indah, terbanglah dengan sayapmu yang kuat,
dan melangkahlah dalam nuranimu yang suci

Pedang Cinta

terus apa artinya sebuah embun
kalau hanya dalam sebuah impian
hanya akan terwujud dengan sebuah kematian
ketajaman pedang mengalahkan tajamnya mimpiku

aku hanya mampu hidup di antara
pedang dan mimpimu akan masa depan
perlahan kita sadar
aku terbunuh oleh pedangmu

kau terbunuh oleh sebuah mimpimu
kita akan mati bersama-sama
karena sebuah ego yang tak bisa di selesaikan
namun hanya itu yang mempertemukan

kita harus saling mematikan rasa
hingga kita bisa hidup bersama
tapi pasti ada yang berbeda
ibarat sebuah danau kematian

Danau Kematian


di aliri dengan darah luka
di nikmati oleh burung2 pemangsa
hanya ada mayat2 yang terkapar di sana
dan tak punya arti apa2

tapi apapun yang terjadi
aku menyayangimu
seperti malam yang tak meminta imbalan
rembulan yang terpisahkan dengan mentari

karena terhalangi sebuah penghianatan pagi terhadap malam

kunang2

Kunang-kunang itu indah
Tapi tak semua orang tahu
Keindahan kunang-kunang itu dari mana


Rembulan itu bercahaya
Tapi dari mana cahaya itu
Berapa puluh watt
Setiap harinya

Tapi tak pernah meminta bayaran
Untuk setiap cahayanya
Apalagi mengeluh
Karena tak di hargai cahanya

Wakili

Wakilkan lah aku
Dalam rintik hujan ini
Aku hanya bisa terdiam
Sambil memandangi hujan

Aku butuh seseorang
Aku butuh kehangatan
Ternyata semuanya tak sampai
Hanya sebatas rokok ini yang ada

Ku pandangi hujan itu
Perlahan dia pergi begitu saja
Ku tak pernah lihat dia lagi
Karena kemarin hujan turun bersama luka


Perlahan air mata pun menetes
Ternyata aku begitu lemah
Ku ratapi semuanya
Dalam hatiku berkata

Ternyata hujan yang mengganggu mentari
Hanya akan membawa luka
Hujan itu tega membiarkan aku sendirian
Memang kejam semuanya

Aku ternyata salah
Menerima hujan yang datang ketika mentari
Harusnya aku ambil
Hujan yang datang bersama hujan

Basah lah seluruh hati ini
Begitu pun dengan semua perasaan
Hujan pun tega padaku
Aku tak tahu apa salahku

Baringan kehidupan



Di atas roda bukan akhir segalanya
Di atas muka bumi bukan awalnya
Aku bangga padamu
Aku kagum padamu

Kadang nikmat tak terbatas
Syukur sukar terucap
Di hadapanku terbaris
Sosok luar biasa

Inspirasi bagi semua umat
Kegigihanmu adalah modal
Kecatatan kau jadikan anugerah
Aku tak kuasa melihatnya

Jiwamu menggebu-gebu
Begitu pun dengan hatimu
Kau pembawa kesadaran
Kau mewakili rasa

Dimana ada detak nyawa
Berarti kau masih ada
Sukar aku tuk berucap
Lemah tuk berkata

Aku tak tega
Melihat getirnya hidupmu
Tapi kau tak peduli
Dalam hidupmu kau nomer dua

Asal orang lain bahagia
Kau bahagia
Ilmu kau bagikan segalanya
Pengalaman kau tuangkan semua

Ibarat bak lautan
Yang tak pernah habis
Samudera yang begitu luas
Itulah kamu

Aku tak tega meliahat pengorbananmu
Aku tak bisa berbuat apa-apa
Kau lebih luar biasa
Dari manusia mana pun

Kau lebih bijak sana
Dari pada siapapun
Rodamu pembawa bahagia
Milutmu pembawa berkah

Harga bukan segalanya bagimu
Pengabdian adalah hal luar biasa
Rodamu bawa kehidupan
Kasihmu bawa semangat

Air matamu bawa cinta
Ilmumu penghias raga
Syukur adalah nikmat
Dan kau luar biasa

Buka Hati

Aku buka hatiku seluas samudra
Takkan ku larang siapapun
Tuk masuk dalam hidupku
Biarkan semuanya berjalan normal

Tapi jangan pernah kecewa
Bila kau menemukan
Goresan luka di sana
Ada buih kecewa

Hatiku tak sempurna dulu
Tak utuh semestinya
Aku akui semuanya
Aku sadari segalanya

Bak noda yang tak terhapus
Cacat yang tak kembali
Aku akui itu terjadi
Aku sadari itu hatiku

Wednesday, February 18, 2015

Merela

Kau masih ingat atau tidak
Dulu pernah menjauh
Sama halnya dengan hari ini
Akupun akan pergi dari sisimu

Saat senyumu berada di sampingmu
Aku hanyalah hembusan angin
Yang tak pernah berada adanya
Hanya penghapus lukamu


Aku ikhlas namun di sisi lain 
Akupun mencintaimu sama denga lainnya
Namun cinta ini hanya sebatas
Penghapus luka saat kau sakit

Aku sadar itu tugasmu
Namun akupun manusia memiliki rasa
Jangan marah jika suatu saat aku pergi
Tak ada kata yang terlontar sedikitpun


Kasih

Air mata menetes memandangi diri ini
Yang tak mampu menaklukan hatimu
Kini sudah membatu dan tertutup
Sudah ku coba sekuat mungkin 

Tapi tak ada jalan bagiku
Kini aku hanya kehinaan
Dulu aku di puja-puja
Perkataanku ibarat doa

Kini kau pergi seiring kehancuranku
Aku salah mencintaimu dalam cinta
Seharusnya aku menyayangimu 
Dalam mahligai tak bertuan

Perputaran waktupun jadi ego
Bagi kesombonganmu dan cintamu
Lihatlah kini aku sudah hancur
Karena cintamu yang tak pasti

Sumbangan Kasih


Mata ini tak pernah lelah memandang
Matamu membara memberikan isyarat
Di sana ada rangkaian kata yang mampu kubaca
Walau tak terbaca oleh khalayak ramai

Tangan ini tak pernah lelah menepuh pundakmu
Hanya untuk sekedar berkata
Kau adalah sosok yang kunanti dalam rangkain doa
Yang selalu kupanjatkan setiap malam

Kau adalah embun yang sejukan senja
Yang mengalahkan sejuknya angin
Bibir ini tak pernah lelah berucap
Jangan pernah engkau bersedih hanya karena keadaan

Kaki ini tak pernah lelah melangkah
Walau dalam ratusan kilometer cinta ini terbentang
Wajah ini tak pernah lelah tersenyum
Untuk menyambutmu dalam kehangatan pagi di hati ini

Puisi kasih sayang


Dulu pernah ku rangkai puisi bersama
Namun terpisahkan oleh ruang dan waktu
Hingga akhirnya kita harus berpisah
Andai saja tak ada duri menghampiri

Mungkin saat ini kau masih miliku
Masih bersamaku, merangkai semua
Kehidupan dalam sebuah puisi
Kasih sayang dalam sebuah kata

Pena yang pernah kau kasih
Entah tah tahu aku simpang dimana
Semuanya hilang bersama kenangan
Namun pena itu masih ada di hati

Hingga suatu saat aku kembalikan
Namun bukan sebagai aku yang dulu
Bukanpula kau sebagai kasihku
Namun kita sebagai diri masing-masing

Aku sebetulnya masih ingin bersamamu
Namun tak bisa memaafkanmu sepenuhnya
Mungkin tak ada waktu lagi bersama
Hingga kita harus tetap terpisahkan

Bait Kenangan

Aku pungut bait-bait puisi dari sang punjangga
Ku coba rangkai hingga jadi karya hebat
Namun perlahan kata-kata itu
Bawaku pada sebuah luka

Dimana tak ada satu alasanpun yang bisa ku terima
Bukan karena aku kehilangan sebelah hati
Namun karena hatiku tak sempat ku titipkan
Sampai saat ini aku menunggu masa itu

Disaat aku terdiam tak punya kata
Aku harus pergi atau bersamamu
Walaupun pilihan itu sempat salah ku pilih
Hingga bawa luka selanjutnya

Hingga sebagian orang terluka
Karena cinta hanya jadi permainan bagiku
Kehinaan dalam hidupku
Tapi itulah kenyataanku pada saat itu

Kini aku tak tahu
Andai ada kesempatan yang sama
Apakah aku tetap diam
Namun setidaknya aku harus memilih

Terbelenggu Rasa

Hanya sosok bodoh yang terbelenggu dalam raga ini
Bukan karena aku tak bisa memiliki dunia
Atau aku kalah dalam sebuah peperangan jiwa
Namun karena aku tak bisa memilikimu

Banyak kesalahan yang ku perbuat
Hingga kini kita terdiam
Walau kita saling berkedatan
Mungkin aku telah mati dalam hatimu

Kehidupanku memang belum kalah
Tapi hati dan perasaanku sudah mengalah
Aku selalu berharap Tuhan mempertemukan kita
Dialam yang berbeda, biarlah disini kita berpisah

Kau terlalu sempurna untukku di dunia ini
Aku merasa kesalahan-kesalahanku takkan terhapus
Walau kematianpun harus aku lakukan, semua percuma
Aku salah sedalam dalamnya, aku mengalah sekalah-kalahnya

Inilah akhir dari semua rasa yang mempertemukanku
Pada dunia yang berbeda, dunia yang tak tertembus mata
Disana cintaku aku simpan, bersemayam dalam kematian
Pedih, perih sakitpun tak pernah aku rasakan

Namun kenapa semua tergoyah setelah kau sebrangkan
Kedalam semua ingatan-ingatan perjalanan kita
Aku tak pernah merubah waktu walaupun itu sakit bagiku
Inilah kata hatiku wahai gadis yang tak sampai di hati ini

Tuesday, February 17, 2015

Menanti sosok pendamping

Hanya bayangan putih yang ada dalam setiap mimpiku
Tak lengkap datangnya hanya sebatas namun sering
Sedikit ku termenung dalam setiap relung hati
Apakah aku salah menanti sosok pendamping

Bayangan putih hanya mengisyaratkan
Dia adalah sosok kesucian yang akan membawaku pergi
Entah kapan waktunya aku masih mencari-cari
Wajahnya masih tertutup warna hitam

Lamunanku berubah kedalam sebuah keinginanku
Ternyata gambar yang belum aku selesaikan waktu dulu
Jadi kenyataan dalam setiap mimpi-mimpiku
Aku mencintainya walau aku tak tahu siapa

Rasanya perasaan ini kuat yang akan membawaku padanya
Dalam catatanku aku menginginkan dia saat waktunya tiba
Saat harta tidak jadi pembatas cinta tak sebatas cinta
Saat semua sudah di depan mata saat itulah dia ada

Tak Usah Kau Tanya

Pertanyaanmu membuatku sesak
Dan membuatku berjalan kerelung-relung masa lalu
Jangan pernah tanyakan apa tak seharusnya tak di tanyakan
Aku sudah cukup jauh berjalan mengikuti waktu

Jangan pernah tanyakan semua padaku
Tanyakanlah kepada yang menciptakanku
Aku sudah memilih hidup tenang
Dalam sebuah kedamaian mahligaiku

Semua telah aku persiapkan tapi semua hanya masa lalu
Aku tak pernah mau lagi kembali kemasa lalu
Saat kau datang bawa kebahagian dan kau pun pergi bawa kebahagian
Namun kebahagian itu bukan untuk untukku

Aku hanya jadi tempat persinggahan kapalmu
Sebelum akhirnya kapal itu menenggelamkanmu
Jangan pernah agungkan cinta di hadapanku
Dan jangan pernah tanyakan siapa yang agung

Sunday, February 15, 2015

Semuanya telah pergi

Semuanya telah hancur
Bersama kenangan yang ada
Apalagi yang bisa ku banggakan
Pada masa ini, Semuanya tiada

Hancur....
Terkikis bersama kenangan
Kenapa harus kembali
Membawa kenangan

Semuanya telah ku buang jauh
Tiada lagi harapan yang ku inginkan
Andai aku di kasih pilihan saat ini
Mungkin aku takkan memilih semuanya

Andai aku di kasih kesempatan
Takkan pernah aku ambil kesempatan
Tak ada permintaan yang terkabul
Walaupun cuma hanya satu


Sudahlah....
Aku sudah hancur
Terlalu banyak yang menginginkanku
Harta, Cinta, kenangan bahkan Jabatan

Semua hanya tipuan bagiku
Setelah itu ada burung penipu
Yang membawanya pergi
Aku hanya sosok lemah

Aku tak tahu lagi siapapun
Hanya ada malam di setiap waktuku
Semuanya hitam yang bersemayam di hati ini
Hingga tak sepucuk katapun yang indah

Semua hanya hinaan yang ada
Aku bosan melihat para penghianat
Berlalu lalang dalam kehidupanku
Rasanya aku ingin musnahkan

Hilanglah kalian dari hadapanku
Sebelum aku berubah jadi orang kejar
Yang kan menghancurkan apapun yang ada
Terlalu bosan aku di perlakukan biasa

Aku tak ingin apa-apa lagi
Hanya ingin menghirup udara segar
Dari para penghianat durjana
Yang menghancurkan alam dunia

Bukan Budakmu (Senior)

Bukan Menghilang
Tapi aku masih meragukan
Kekeluargaan yang kalian agung-agungkan
Arahnya tak jelas, hanya upaya senioritas

Bukan seperti itu kekeluargaan
Kalian membentuk kelompok masing-masing
Yang kalian anggap nyaman dengan diri
Aku bukan seperti itu

Perjuangan yang telah aku bawa
Tak mungkin aku lepas begitu saja
Lebih baik aku menghindar
Sampai waktu yang tidak bisa di tentukan

Aku telah mencoba menghapus kekeliruan
Tapi ego kalian membatu
Aku tak mungkin kembali dengan begitu saja
Aku butuh alasan kenapa harus dengan kalian

Aku tak mau menjadi budak
Orang-orang yang berhati busuk
Aku tak pernah mau mengabdi untuk kalian
Aku hanya akan mengabdi dengan gerakan

Sumpahku bukan untuk senior
Atau pun untuk pramuka unpad
Sumpahku untuk negeri
Ikhlas bakti bina bangsa berbudi bawa laksana

Memohon lah sesukanya
Aku tak akan mendengarkan
Sampai kau tak ikut campur urusanku
Baru aku akan kembali lagi kesana

Saturday, February 14, 2015

Antara Hidup dan Mati

Antara kematian dan kehidupan
Antara dunia nyata dan tak tampak
Itulah aku saat ini
Kenapa harus terjadi padaku
Adakah makhluk yang sama
Mampu menembus dunia astral
Hidup dalam keduanya
Membagi waktu bersamaan
Aku tak sanggup
Apalagi harus bilang siap
Kadang terdiam dalam hening
Mencari jawaban dalam hati
Aku heran ini nyata
Apakah halusinasi
Kalau mimpi sudah tak mungkin
Karena aku belum pejamkan semua

Lamunan dan asa yang hilang

Lamunan dan asa yang hilang
Hai gadis pujaan
Apakah kau tuli
Tak bisa merasa kata hatiku
Atau kau terlalu sibuk dengan cintamu
Aku masih menunggu jawab
Dari dalam hatimu
Kau menghhilang
Membawa semua kenangan kita
Harusnya kau sadar
Aku yang tak bisa berucap
Hanya hati yang mampu berkata
Tapi mulutku terkunci rapat
Kau pergi
Aku sadar
Kau tiada
Aku mengerti
Tapi rasa ini
Memang tak wajar
Hingga akhirnya kurang ajar
Aku buta bersama cinta yang hilang
Kau seperti dulu
Dalam jemari ini
Lamunanku terbawa
Kealam masa lalu
Ternyata kita pernah bersama
Tapi tak saling mengucap rasa
Aku mengalah kala waktu datang
Aku pergi waktu dia ada

2 Dunia

Sosok tak bernyawa
Menghampiriku kala malam
Menggangguku kala sudah terjaga
Datang, datang dan datang
Aku pun butuh waktu
Aku pun butuh terjaga
Agar aku tetap wajar
Agar aku tetap biasa
Aku tak pernah menginginkan
Untuk miliki dua dunia
Aku pun tak meminta
Untuk hidup di keduanya
Tapi sekarang sudah jadi takdir
Walau kadang tak kuat
Kadang jenuh dan marah
Semua tak guna

Sangkaan

Seakan ada yang memanggilku
Berteriak-teriak tapi ga ada
Ada yang menangis
Tapi tak ada apa-apa
Adakah datang keburukan
Atau sebaliknya
Aku tak tahan
Harus seperti ini
Di ikuti tapi ga ada apa-apa
Di gangguin ga ada yang ganggu
Ada apa adakah yang salah

Waktu Yang Terbalik


Terlalu banya orang yang menjatuhkanku
Hingga aku tak tahu satu persatu
Mungkin aku salah bagi mereka
Atau aku tak searah dengan mereka
Kadang dalam kesepian aku tenang
Dalam hangat malam aku senang
Hingga waktu pun berubah
Malam jadi siang, siang jadi malam
Mungkin ini alasanku
Kenapa arah waktu jadi berbeda
Putaran waktu aku rubah
Aku menghindari semua dugaan
Namun seiring waktu berputar
Semua kembali kearah yang sama
Aku berada di tempat semula
Maka hinaan pun datang menghampiri
Ini bukan candaan atau pun hiburan
Tapi pertanda perang di mulai
Aku tak pernah takut, gentar apa lagi
Kalau aku bukan manusia, sudah ku hajar kau hari ini
Kekuatan jadi penghalang, amarah akan abadi
Hari ini aku takkan melupakan ini
Tunggu hingga waktunya tepat
Fajar kembali pada tempatnya
Saat itu tak ada lagi kesesatan
Jabatan jadi cambukan bagimu
Aku hanya akan menikmati pemandangan itu
Sambil tertawa kecil dan berbisik kekuatan
Aku tak pernah menginginkan hari ini
Saat aku tak tahu harus dimana
Dan kembali pada masa kejayaan
Saat hinaan jadi kekuatan, amarah jadi doa

Tak pernah mau (Kembali)


Terlalu tega sang kuasa
Melemparkan aku ke posisi semula
Terlalu jauh memang semuanya
Tapi aku sadar itu posisiku saat itu
Tapi kenapa aku harus di kembalikan lagi
Pada masa-masa kejayaan
Kini aku tak pernah mau lagi
Sekuat mungkin aku menghindari
Tapi justru makin dekat di hadapanku
Aku selalu mencari ketenangan
Hanya beberapa bula semua tenang
Hingga kini ramai lagi
Aku tak mau lagi
Memulai kehidupan seperti dulu
Saat ini aku tak siap
Masih mencari sebagian jasad yang pergi
Tunggu lah sang waktu
Jangan terlalu cepat kau datang
Sungguh aku tak sanggup seperti dulu
Semua kekuatanku telah pergi
Di kubur oleh emosi
Terlalu kejam waktu saat itu
Hingga aku tak mampu menahan duka
Jangan pernah berikan lagi waktu saat ini
Aku masih belum siap
Hingga saatnya nanti yang tak bisa aku tentukan
Tunggulah waktu seperti malam menunggu bulan
Siang menantikan matahari

Mahligai Kesesatan

Butuh bait dalam mahligai
Butuh ikatan untuk mematri
Simpul mati paling tepat
Agar tak lari kelain hati

Pengertian dan perasaan
Semua harus terbagi kuat
Agar ikatan tak berubah
Apalagi rusak karena sesaat

Aliran air tak lama deras
Lautan tak seutuh ombak
Awan lama putih
Hujan tak selalu kebaikan

Petir keindahan sesaat
Pelangi warna indah
Mahligai kesesatan
Amarah penguasa

Thursday, February 12, 2015

Kemegahan


Raga Tak Bernyawa


Air Darah


Cinta 2 Dunia


Cinta Sesaat


Sebatas Rasa


Bidadari Yang Kembali


Gradien Cinta


Gelombang


Samudera Impian


Lautan Terkutuk


Keturunan Penguasa


Tangis Darah


Rasa Yang Sama


Kedatanganmu


Wanita Berbisa


Segenggam Racun


Burung Penipu


Bidadari Tak Bersayap


Pengagum

Aku mengagumimu
Wahai waktuku
Hanya kau bagiku
Hanya itu kasihku
detak demi detak
Menggetarkan jantung
Menit demi menit
Rayuan bagiku
Tak terasa kebersama
Hanya luka bagiku
Kau tak bisa di rasa
Hanya bisa kupandang
Aku kaca pelindungmu
Buka pemilikmu
Apalagi kekasihmu
Aku pengagumu

Tuesday, February 10, 2015

Rembulan yang pergi

Sinar fajar di jatinangor
Di temani dengan kabut pagi
Ku pandangi pergantian waktu
Seiring perginya malam

Tak sia-sia malam tadi
Ku habiskan waktu berkengkrama
Kini angin pagi menusuk jantung
Menerobos tulang rusuk

Dingin sembari di temani warna putih
Awan seakan asing dalam hidup
Terdengar alunan lagu
Burung-burung bergembira

Tapi sekejap hening
Menerawan jauh dalam diri
Ada yang hilang saat pagi
Dia pergi tanpa pamit

Sakit

Jika kau di sakiti
Apa kata hatimu
Ragamu pasti tak terima
Tapi jiwamu harus tetap tenang
Jangan pernah salahkan dia
Mungkin dia lagi hilap
Bukalah hatimu seluas samudera
Biarkan pintu maaf tetap ada
Semuanya butuh waktu
Hingga akhirnya dia tersadar
Bahwa cinta itu tak nyata
Tapi masih bisa tergambar
Biarlah rasa sakit
Menjadi pelajaran berharga
Hingga kau jadi orang mulia
Pada akhirnya kau berharga

Penonton

Lebih baik jadi penonton
Dari pada jadi pelaku
Jadi dalang sudah pasti tak mungkin
Karena itu takdir Allah dan kuasa Allah
Lingkarannya seperti permainan
Susah di tebak tapi masih bisa di rasakan
Susah di mengerti tapi masih bisa di tebak
Peka tidak peka tetap saja sama
Ku pandangi setiap detik waktu hanya jam yang berputar
Orang tak pernah tahu ini zaman apa
Mereka hanya menebak saja belum tentu benar
Kadang berprasangka tapi tak sesuai sangkaan
Inilah nirwana yang membuat orang lupa segalanya
Hingga sebagian orang memilih untuk jadi orang gila
Kamu pikir gila bukan pilihan atau tak sengaja
Semua yang ada di sini pilihan hanya kamu yang menentukan

Kompas

Sudah hampir 2 tahun kita lalui perjalanan kita
Laksana sebuah perjalanan yang tak akan selesai
Hingga akhirnya kita memilih jalan masing-masing
Namun pada akhirnya kita akan di pertemukan di samudera
Ekspedisi kita belum selesai kawan
Masih banyak perjalanan yang harus di lalui
Jalan pernah takut untuk tersesat
Karena kita masih punya kompas dalam hidup kita
Arah kita kadang salah tapi yakinlah kita pasti kembali
Kepada tempat yang kita tuju selama ini
Utara itu selalu menuju arah utara sejati
Walaupun kadang terhalang utara lainnya
Kita tak selamanya sempurna
Kita tak selamanya salah
Sama halnya dengan kompas kita
Tapi dia akan selalu menuntun kita

Alasan Jadi Perokok

Bukan itu alasanku jadi perokok
Bukan pula karena hal lainnya
Tapi ada satu alasan yang tak mungkin kau mengerti
Apalagi sampai kau pahami
Terlalu remeh kau menganggap
Semua alasan sama
Butuh terbuka hatimu
Kenapa seseorang memilih rokok
Hanya orang-orang yang tak mengerti
Yang mengatakan hal seperti itu
Kau tak perlu jadi dewa apalagi jadi Tuhan
Baru kau pahami kenapa kau jadi perokok
Pahamilah apa yang ada dalam dirimu
Bukan oleh indra ke 5 apalagi indra ke 1
Semuanya serba terbatas
Bila di pandang dengan sebuah mata

belum selesai

masih dalam sebuah pertanyaan besar, kenapa aku tak bisa tenang. selalu saja ada pengganggu, entah itu yang tak bisa di lihat atau manusia biasa. rasanya sekali-kali aku ingin menghilang, lenyap dengan seketika dari alam ini tapi tak punya acara yang tepat untuk pergi.
hingga pada akhirnya aku terjebak dalam sosok manusia biasa yang tak bisa melakukan apa-apa. yang terkadang aku diam dengan sendirinya namun kadang aku ceria seceria-cerianya. kadang aku ingin mengakhiri semuanya dan kembali kealam keabadian, alam yang tak bisa di sentuh oleh manusia-manusia biasa, hanya alam yang bisa merasakannya.
mungkin aku telah salah lahir sebagai manusia, masa kecil pun sudah beda. beda dari semua anak pada umumnya.

Sketsa

Aku gambar dirimu dalam imajinasiku
Terus ku tuangkan dalam gambaran hati ini
Pada akhirnya aku cari dirimu dalam duniaku
Tapi tak ku temukan satu tanda saja tentang dirimu

Mungkin aku terlalu sempurna menggambarkan mu
Hingga aku tak menemukanmu di sini di alamku
Kau hanya jadi wanita impianku yang tak ku temukan
Mungkin aku salah menggambarkan mu sosok sempurna

Kini pandanganku terbatas oleh imajinasiku
Cintaku terhalang sosok sempurna dirimu
Aku tak tahu siapa dirimu mungkin kau bidadari hatiku
Yang belum pada waktunya belum saatnya untukku

Tapi aku selalu berharap kau lah jodohku
Wanita yang akan melengkapiku menutupi semua kesalahanku
Kau lah gambaran kehidupanku selanjutnya yang tetap ku cari
Sampai akhir nanti kita di pertemukan di mahligai cinta terindah

Mengubur masa lalu

Aku gali semua kenangan
Dalam sebuah harapan
Agar aku bisa menguburnya
Bersama kematian cintaku

Aku buka lagi sejarah
Asmara yang tak pernah salah
Aku anggap itu perjalanan
Yang tak pernah ada

Namun logika dan cinta
Tak pernah sama adanya
Semuanya di pisahkan
Dengan rasa bersalah

Aku anggap semuanya
Jasad yang busuk
Yang harus segera aku kubur
Dan di beri nama kematian cinta

Kematian cinta

Mengubur semua rasa yang ada
Menghancurkan rasa bahagian
Kekelaman sebuah pertanda
Tapi belum tentu sebuah simbol

Seketika detak jantungpun jadi kaku
Langkah kaki jadi hambar
Ketiadaan jadi sebuah luka dalam
Cinta hanya jadi ibarat

Alunan kata menjadi busuk
Semua rasa jadi tawar
Pahitpun tak terasa
Manispun tak beraroma

Pohonpun seketika diam
Jalanan jadi sepi
Aku terdiam dalam duka
Ternyata ada kematian cinta

Hening

Ku coba bangun dalam kehinganan
Ternyata hening itu sakit
Pagi pun berubah jadi malam
Aku berbicara pada bintang

Ternyata bintang tega
Membiarkan aku membisu
Hingga kehingan menghampiri
Keindahan malam tak guna

Suara-suara datang silih berganti
Seakan-akan aku yang salah
Bayang malam berubah
Menjadi hitam pekat

Kemana aku harus bertanya
Keheningan bukan jawaban
Sampai kapan aku terdiam
Membiarkan hening di dada

Tetesan Darah

Cintaku tersimpan
Dalam tumpukan luka
Dirimu masih ku ingat
Terkubur dalam rasa

Waktu telah membunuh
Hingga aku tak berguna
Jam jadi cambuk
Aku salah

Jaman apa sekarang
Semua terasa getir
Aku tak tahan
Mehan luka di dada

Tetesan darah
Seakan jadi bukti
Goresan pedang
Perang cinta

Monday, February 9, 2015

Luka

Luka itu ibarat pedang
Sayatan pertama adalah luka
Selanjutnya adalah dendam
Yang akan membuatmu makin luka

Setelahnya adalah bekas
Hingga akhirnya kau sadar
Cinta itu tak selamanya
Tapi hanya sebuah mainan

Kau yang akan kalah
Atau kau yang mengalah
Semuanya sama saja
Hanya kata yang berbeda

Semuanya ibarat perang
Kau mau membunuh atau di bunuh
Semuanya sama saja
Hanya tragedi yang berbeda

Revolusi

Aku sebut masa ini masa revolusi
Reformasi sudah berakhir dengan semua masalah
Selanjutnya aku ingin masa khilafah
Masa semua atas dasarTuhan

Persatuan dan kesatuan harus sudah berubah
Kebebasan harus segera di batasi
Sudah banyak nyawa mati sia-sia
Atas dasar hak asasi manusia

Hukum manusia masih bisa di jual beli
Keadilan masih cukup lemah
Manusia hanya bisa jadi manusia
Tak mungkin jadi dewa

Apalagi jadi Tuhan
Mereka hanya punya segumpal darah
Yang bisa berubah jadi hitam atau merah
Hanya Al-quran yang bisa bawa semuanya

Aku pun sama

Aku pun tak tahu
Mana itu yang sungguh2
Atau sebuah permainan
Kadang aku pun bertanya

Mana yang sebenarnya
Keduanya hampir sama
Waktu lama bukan jaminan
Sebentarpun belum tentu benar

Kehidupan itu seperti pertanyaan besar
Semua orang harus menemuka pertanyaan pertanyaan kecil terlebih dahulu
Hingga akhirnya menemukan jawaban besar

Semuanya seperti lingkaran
Tapi tak pernah di sadari
Tangis tawa semuanya sama
Hanya waktu dan untuk siapa yang berbeda

Goresan

Semua telah aku coba
Semua telah aku nikmati
Lika-liku hidup ini
Terjatuh lalu bangkit

Namun semuanya aku temukan
Dalam sebuah catatan kecil
Dimana aku memulai hingga berakhir
Indah memang ketika semua jadi karya

Kini aku tuangkan goresan-goresan itu
Dalam sebuah catatanku
Yang tak mungkin semua orang pahami
Yang ku sebut alam hayal dunia

Di sana ku bisa berhayal dan bermimpi
Yang tak mungkin terjadi terjadi
Seperti sebuah mimpi
Nyata namun tak nyata

Tanya

Kemana lagi arahku
Aku masih mencari pertanyaan
Yang buat malam ku jadi pagi
Pagiku jadi malam

Nyata jadi tak nyata
Ghoib jadi teman
Teman jadi musuh
Aku jadi orang lain

Aku butuh tempat
Dimana aku bisa membagi rasa
Membagi kasih membagi segalanya
Hingga aku kembali seperti semula

Kini aku rindu sang fajar
Saat menyinari bumi
Aku pun rindu sang rembulan
Saat mulai terbenam

Sunday, February 8, 2015

Sama

Kemana lagi arahku
Aku masih mencari pertanyaan
Yang buat malam ku jadi pagi
Pagiku jadi malam

Nyata jadi tak nyata
Ghoib jadi teman
Teman jadi musuh
Aku jadi orang lain

Aku butuh tempat
Dimana aku bisa membagi rasa
Membagi kasih membagi segalanya
Hingga aku kembali seperti semula

Kini aku rindu sang fajar
Saat menyinari bumi
Aku pun rindu sang rembulan
Saat mulai terbenam

Rasa

Aku tak mungkin memilih rasa
Apalagi menjadikan rasa miliku
Aku tak mau mempunyai rasa
Apalagi harus merasa

Sudahlah biarkan rasaku milik angkasa
Hanya alam yang bisa merasakan
Rasa hanya sebatas rasa
Yang tak mungkin jadi cinta

Cintaku sudah lama hilang
Bersama semua rasa yang dulu ada
Apa aku salah membuat semua rasa
Hingga aku tak bisa merasakan

Waktu memang sudah berubah
Bersama semua hal yang pernah ada
Kini rasa bagiku sudah jadi sejarah
Cinta sudah jadi sebuah kenangan

Aku Tawarkan Harapan

Aku tak punya apa-apa
Di lahirkan dengan seadanya
Di besarkan di alam liar
Hingga aku pun jadi liar

Apa yang bisa ku tawarkan
Rumahpun aku tak punya
Apalagi harta dunia
Semuanya serba tak ada

Aku hanya bisa meyakini
Apa aku yakini
Aku hanya bisa berikan
Apa yang bisa ku berikan

Kini aku tawarkan untukmu
Sebuah harapan besar
Yang suatu saat akan ku capai
Tapi jangan pernah menyesal