Kata-kata merupakan kata yang paling mujarab dalam
hidup, namun kata-kata pun menjadi cambuk yang mematikan dalam hidup. Begitulah
yang terjadi dalam hidupku, aku mati dengan sebuah kata-kata. Langit hendak aku
capai, lautan laksana aku sebrangi. Aku tak pernah takut dengan semua itu. Namun
di akhir perjalananku aku mati dengan sebuah kata cinta, aku hancur dalam
sekejap.
Semua aku sampaikan untukmu yang aku
cintai, aku tak sempat menjaga hati ini dengan baik hingga pada akhirnya kau pergi
dari hidupku. Aku coba cari penggantimu dengan menyusun kata paling indah,
namun semua kandas karena aku salah berucap. Semua terfokus pada satu hal,
hingga hal lain lumpuh dan ikut menghilang.
Aku terdiam dalam sebuah gua gelap,
keramahan dan keganasan cinta. Tak sadar kau telah tiada membawa separuh
cintaku. Kasih aku masih mencarimu dalam sebuah pengasingan cinta, menanti
janji setia yang telah kau ucap tersama luka. Aku pergi begitu saja dari sisiku
tanpa ada ucapan selamat tinggal dan perpisahan singkat.
Kini kau datang lagi membawa
segudang mimpi yang kau tawarkan, seakan senyumku bersinar lagi. Namun tanda
itu pun datang lagi kau sebut sebuah komitmen untuk tetap sendiri, di sini
hatiku terluka terbawa kedalam sebuah pilihan lagi antara meninggalkanmu atau
tetap di sini menantimu sampai kembali.
Tak sadarkah kau kini mengundang
lagi semua kenangan yang datang dalam hidupku, harusnya aku tak menyapamu agar
kau tetap pergi dariku. Tapi kasih sadarilah aku mencintaimu sama seperti dulu.
Bait-bait kata telah aku persiapkan dari dulu untuk menyambutmu, november
pembawa lagi kenangan yang aku simpan dalam mimpiku di dunia ini.
Kini aku tertidur dalam diam, agar
aku mampu mengenangmu dalam alamku, agar kau tak pernah pergi lagi dari hidupku.
Rasanya sesak dada ini, sama seperti malam yang jadi siangku siang yang jadi
penghangat hidupku.
Aku sadar kau takkan meliriku
sebagai rasa yang kau agungkan, apalagi memilihku sebagai raja yang akan
bersamamu. Aku hanya jadi sebagian kisah yang tak pernah kau tulis dalam
hidupku. Inilah aku kasihmu yang masih menanti sosok putih sebagai dirimu, kini
aku tak sanggup menahan semua ini. Rasanya ingi aku ucapkan aku mencintaimu,
namun aku tak mau ini jadi penghancur bagiku.
Aku tak ingin kehilanganmu, kau
harusnya termiliki olehku agar aku mampu menjaga kata-kata hatiku dalam
sanubariku. Jalanku samar-samar ku tapaki, namun aku harus berjalan dan
meneruskan hidupku. Andai aku tahu cara terindah untuk dapat mengenangmu, ingin
rasanya aku mengenangmu untuk selamanya.
Jangan salahkan aku jika suatu saat
cinta ini sama untukmu, tak mampu aku bagi untuk yang lain. Andai ada mahligai
yang bisa ku buat sendiri, akan ku buat mahligai untukku sendiri. Agar aku tak
menginginkan mahligai yang kau miliki.
Kau datang padaku dengan sejumlah
cintaku untuknya, bukan datang padaku dengan cinta untukku. Andai saja Tuhan
menciptakan rasamu untukku pasti akan ku pinta hatimu untukku. Aku sadari
perjalanan waktu bukanlah untukku, bahkan waktu tak mengizinkan untukku.
Andai saja kau miliku, akan ku
ungkap semua yang tak pernah ku ungkap, semua alasan itu begitu kuat hingga aku
hanya mampu terdiam. Kini kasih bukanlah keagungan bagiku, hanya luka dalam
hidupku. Tawaku hanya sebuah sandiwara agar cinta tak pernah terlihat.
Yakinlah aku mencintaimu berbeda
dengan yang lainnya, aku sudah terlalu takut memilikimu, dekat denganmupun
ketakutan dalam hidupku.
Inilah kekuatan kata-kataku yang tak mampu mencapai
cinta yang telah aku agungkan selama ini, selamat tinggal cintaku. Untuk kedua
kalinya aku harus pergi darimu.
Semoga kau bahagia dengannya, aku
mencintaimu dan menyayangimu. Titip doa pada Tuhan agar kau selalu bahagia,
jangan pernah lihat aku lagi. Aku tak sanggup teteskan air mata cinta. Berpisah
bukan keinginanku, bersama bukan kehendakku.
Kau hanya ada dalam mimpiku dan jadi
cinta impian dalam hidupku.